Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Gempa Cianjur

21 November 2022   19:36 Diperbarui: 23 November 2022   08:44 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Screen-shot akun Twitter BMKG

Sehabis makan siang, sekitar pukul 13.00 WIB, Senin 21 Nop 2022, sambil menonton siaran berita live streaming siaran Aljazeera Arabic, saya bermain game Solitaire di komputer. Dan tiba-tiba, goyangan itu terasa. 

Awalnya, saya pikir kursi roda saya yang bergeser ke depan dan ke belakang. Tidak ada barang gantungan di ruangan. Jadi tidak ada penanda awal untuk goncangan gempa

Sesaat kemudian, saya menyadari ini pasti goyangan gempa. Saya beranjak dari kursi. Dan langsung berjalan menuju pintu ruangan yang berjarak sekitar 10 meter, terus keluar ruangan, lanjut berjalan menuju tangga dekat.

Ruangan saya berada di lantai empat. Saya perlu waktu sekitar dua-tiga menit untuk turun melalui tangga. Saya berjalan santai saja. Dan goyangan itu masih berlangsung, namun tidak terlalu terasa karena terus berjalan, sambil berpegangan ke dinding dan pagar tangga.

Dalam perjalanan dari ruang kerja sampai saya tiba di lantai dasar, banyak kolega yang terlihat berdiri menempelkan badan ke dinding. Seorang teman berteriak, "Mendekat ke tiang gedung yang paling besar".

Saya menggumam, cara paling aman menjauhi efek gempa susulan, selama masih sempat, adalah menjauh dari gedung. Dan kalau sedang berada di lantai atas, ya, secepatnya turun tangga. Jangan menggunakan lift.

Saya tidak terlalu khawatir gedung akan ambruk. Sebab berdasarkan data konstruksinya, gedung tempat kerja adalah bangunan tua, yang konstruksinya lumayan kuat (materialnya dari batu bata, bukan hebel yang rapuh dan ringkih).

Asumsinya, jika gedung akan runtuh akibat gempa, mestinya ia akan ambruk pada goyangan pertama. 

Setiba di lantai dasar, banyak teman yang sudah berhamburan di depan gedung.

Saya mengecek telepon, ternyata jaringan masih aktif. Saya langsung mengakses akun BMKG di Twitter dan terbaca postingan: "Gempa Mag: 5,6, 21-Nov-22, 13.21.10 WIB. Lokasi 10 Km Barat Daya Kab Cianjur Jabar."

Saya membayangkan, jika pusat gempa di Cianjur (notabene adalah daerah pegunungan), bisa dibayangkan akan banyak bangunan dan rumah warga yang ambruk, longsor tanah. Dan tentu saja korban jiwa dan cedera.

Ketika menuliskan artikel ini (18.00 WIB), di layar kaca sebuah stasiun televisi swasta terbaca: "GEMPA CIANJUR, 56 ORANG MENINGGAL DAN RATUSAN LUKA".

Gempa, seperti bencana alam lainnya, harus dipahami dan diposisikan sebagai sebuah gejala atau fakta alami. Jangan dikait-kaitkan dengan dosa-dosa ataupun agama yang dianut oleh mayoritas warga di lokasi bencana.

Satu hal yang pasti: secara ilmiah, gempa tak dapat diprediksi. Dan Cianjur dan sekitarnya adalah kawasan yang memang rawan gempa, karena dilintasi sesar aktif yang dikenal Patahan Cimandiri dan/atau Patahan Padalarang.

Mari berempati dan jika mampu dan sempat, mari ikut meringankan beban korban gempa di Cianjur dan sekitarnya.

Syarifuddin Abdullah | 21 Nopember 2022/ 26 Rabiul-tsani 1444H

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun