Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Arab-phobia di Piala Dunia Qatar

20 November 2022   17:21 Diperbarui: 20 November 2022   17:50 603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini Minggu 20 Nopember 2022, beberapa jam setelah artikel ini diunggah, pertandingan pertama Piala Dunia (World Cup) Qatar 2002, akan digelar pada pukul 23.00 local time (pukul 03.00 WIB, Senin, 21 Nopember 2022), dengan laga perdana: Qatar vs Equador.

Banyak yang menarik dari Piala Dunia Qatar: Piala dunia pertama yang digelar di wilayah Timur Tengah; pertama di Dunia Arab; pertama di negara yang mayoritas penduduknya Muslim; pertama juga di negara yang suhu udaranya relatif ekstrem, meskipun hari ini, prakiraan cuaca di Qatar sekitar 30 derajat celcius.

Kalau soal pendanaan, Qatar mungkin lebih dari mampu untuk membiayai seluruh keperluan sebagai tuan rumah Piala Dunia. Infrastruktur Piala Dunia 2022 di Qatar, yang masif bahkan kolosal tentu memerlukan biaya tinggi.

Tetapi jauh sebelumnya dan selama sepuluh tahun terakhir, banyak pihak yang meragukan Qatar akan mampu menjadi tuan rumah Piala Dunia, khususnya secara manajerial. Namun Qatar terus mempersiapkan diri.

Bahkan ada yang menuding Qatar sejak awal sudah bermain curang: melakukan praktik sogok untuk dapat ditunjuk (diberikan hak) sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022. Namun melalui proses yang berlangsung bertahun-tahun, Qatar berhasil mempertahankan haknya untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia.

Selama periode itu, sejumlah negara, termasuk beberapa negara Arab sendiri, berupaya dengan berbagai cara menggagalkan penyelenggaraan Piala Dunia di Qatar, dan bahkan mendorong FIFA untuk mencabut hak penyelenggaraan Piala Dunia dari Qatar. Namun Qatar terus melakukan persiapan. Akhirnya, semua pihak, termasuk kalangan FIFA sendiri, mengakui bahwa Qatar sudah siap sebagai tuan rumah.

Selama sekitar 10 tahun, Qatar menghadapi berbagai kampanya propaganda hitam, dan salah satu materi propaganda itu adalah praktik perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM), khususnya hak-hak pekerja asing di Qatar, yang terlibat dalam pekerjaan infrastruktur Piala Dunia, yang masif bahkan kolosal, dan tentu dengan biaya tinggi.

Seperti diketahui, harian The Guardian, pada 23 Februari 2022, memberitakan bahwa selama 10 tahun periode pembangunan infrastruktur (stadion dan fasilitas pendukungnya) di Qatar, telah mengakibatkan tewasnya total sekitar 6.500 (enam ribu lima  ratus) pekerja. Namun angka korban tewas ini dibantah oleh Qatar, dan menegaskan bahwa judul artikel di The Guardian itu sebagai tidak akurat dan sangat liar ("inaccurate" and "wildly misleading.")

Entah mungkin karena kesal, atau ada alasan lain, beberapa jam sebelum pertandingan pertama digelar, Presiden FIFA, Gianni Infantino menyelenggarakan konferensi pers, yang digunakan untuk menyampaikan kritik pedas kepada dunia Barat (baca Eropa), yang selalu doyan mengasumsikan diri pantas memberikan pelajaran etika bagi orang lain (non barat).

"Saya mendengar banyak kampanye hitam tentang Qatar, yang disampaikan oleh para aktivis dan orang-orang Eropa. Saya di sini bukan untuk membela Qatar, karena Qatar mampu membela dirinya sendiri. Saya sendiri orang Eropa. Banyak perusahaan Eropa yang menenggak keuntungan miliaran di Qatar, dan tak satu pun yang mempersoalkan isu pekerja di Qatar", demikian kata Gianni Infantino.

Mungkin karena Gianni Infantino mencium dan mendapatkan laporan staf tentang adanya bau-bau Arab-phobia dalam pergelaran Piala Dunia 2022 di Qatar.

Dan Gianni Infantino melanjutkan: "What we Europeans have been doing for the last 3,000 years, we should be apologizing for the next 3,000 years before starting to give moral lessons... Reform and change take time. It took hundreds of years in our countries in Europe. It takes time everywhere, the only way to get results is by engaging ... not by shouting." (Apa yang kita lakukan sebagai orang-orang Eropa selama 3.000 tahun lalu, justru mewajibkan kita meminta maaf untuk 3.000 tahun ke depan, sebelum mulai memberikan pelajaran moral bagi orang lain. Reformasi dan perubahan perlu waktu. Di Eropa sendiri, perubahan itu terjadi setelah ratusan tahun. Itu perlu waktu, di wilayah-negara mana pun. Dan satu-satunya jalan untuk mendapatkan hasil perubahan itu adalah dengan cara perlakuan yang fair..., bukan dengan cara berteriak menjelek-jelekkan)".

Kritikan pedas para aktivis terhadap isu HAM (pekerja) dalam penyiapan infrastruktur Piala Dunia Qatar tidak boleh dinegasikan. Namun kritikan balik Presiden FIFA yang tak kalah pedasnya, juga pantas diapresiasi.

Tapi kali ini, hari ini, sampai pertandingan final nanti, mari bersama menikmati tiap pertandingan sepak bola dalam Piala Dunia 2022 di Qatar, ketika setiap negara peserta akan menghadirkan soliditas tim nasionalnya dan tentu kemahiran individual pemain-pemain unggulannya.

Syarifuddin Abdullah | 20 Nopember 2022/ 25 Rabiul-tsani 1444H

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun