Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Resensi Buku: Sang Kiai yang Beristri Empat

12 Juni 2022   00:04 Diperbarui: 12 Juni 2022   00:10 1121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Istri pertamanya (menikah tahun 1889) adalah sepupunya sendiri, yang bernama Walidah yang juga berdomisili di Kauman, Yogyakarta.

Istri kedua (dinikahi sekitar 1913 atau 1914) adalah seorang janda di lingkungan Keraton yang bernama Nyai Windyaningrum. Darinya lahir seorang anak laki-laki. Istri kedua ini diceraikan pada sekitar tahun 1918.

Istri ketiga (dinikahi sekitar tahun 1917), bernama Nyai Rum, adik perempuan KH Munawir, pengasuh pesantren Krapyak Yogayakarta.

Dan istri keempat, seorang wanita muda bernama Aisyah, putri seorang Penghulu Ajengan di Cianjur Jawa Barat. Dari Aisyah lahir seorang anak perempuan.

Tidak ada keterangan apakah nama "Aisyiah" (organisasi ounderbouw Muhammadiyah) terinspirasi oleh nama istri keempat. Namun secara kronologis dalam buku ini, organisasi wanita Muhammadiah (Aisyiah) lebih dulu berdiri dibanding pernikahan KH Ahmad Dahlan dengan Aisyah di Cianjur.

Yang unik, keempat pernikahan itu dilakukan berdasarkan "tawaran", yang dalam arti tertentu bisa dimaknai "dijodohkan".

Seandainya buku ini ditulis sekitar 50 tahun lalu, saya cukup yakin detail dan nuansanya akan lebih kaya. Karena masih banyak orang yang eligible sebagai narasumbernya. Meski begitu, tetap bisa dijadikan salah satu buku yang layak baca untuk publik yang ingin memahami salah satu ulama penggerak yang sukses mewariskan legasi untuk umat Islam di Indonesia.

Namun kritik utama saya terhadap buku ini adalah kegagalannya memberikan gambaran utuh tentang gagasan dan basis pemikiran utama mengenai Muhammadiyah dan ke-Muhammadiyah-an.

Syarifuddin Abdullah | Jakarta, 11 Juni 2022/ 11 Dzul-qa'dah 1443H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun