Dan mengidentifikasi Afghan collaborators satu per satu tentu bukan persoalan gampang. Sebab katakanlah ada seorang Afghan collaborator (Si-X) yang direkrut untuk menjadi collaborator untuk pasukan Amerika.
Nah Si-X ini mungkin akan merekrut orang lain (Si-Y) untuk membantunya. Dan Si-Y pun akan merekrut orang lain lagi (Si-A). Dalam kasus seperti ini, pasukan Amerika hanya berhubungan dengan collaborator yang pertama (Si-X), dan kemungkinan tidak tahu tentang si-Y dan Si-A. Begitu seterusnya.
Motivasi menjadi Afghan collaborators tentu juga beravariasi. Sebagian besar mungkin karena pertimbangan imbalan uang. Sebagian lainnya barangkali karena pertimbangan ideologis.
Artinya warga Afghan yang beroposisi terhadap ideologi Taliban akan cenderung bekerja sama dengan pasukan asing yang memerangi Taliban.
Namun warga Afghanistan secara umum, khususnya pendukung dan simpatisan Taliban, mungkin akan memposisikan para Afghan Collaborators itu sebagai pengkhianat (traitors).
Jika menggunakan istilah yang populer di Indonesia, Afghan collaborators biasa juga disebut antek-antek asing, pengkhinat bangsa dan negara.
Dan poin tentang asumsi atau tudingan sebagai traitor (pengkhianat) inilah sebenarnya yang menjadikan kasus Afghan collaborators menjadi serius, yang kemudian disikapi secara serius oleh pemerintahan dan politisi di negara-negara anggota Koalisi.
Dan jika mau mengidentifkasi mereka sebenarnya relatif mudah: sebagian besar warga Afghanistan yang berada di Bandara Kabul dan kini atau sedang berupaya keluar/kabur dari Afghanistan begitu Taliban menguasai Kabul pada 15 Agustus 2021 adalah Afghan collaborators.
Sebagai perbandingan historis, kasus Afghan collaborators ini mirip dengan individu-individu dari unit-unit pasukan warga pribumi di Indonesia, yang pernah bekerja dan mendukung pasukan penjajah Belanda.
Ketika akhirnya Belanda terpaksa hengkang dari Indonesia, Kerajaan Belanda juga secara etis merasa bertanggungjawab menyelamatkan mereka.Â
Dalam catatan historis, lebih dari 50 ribu warga pribumi Indonesia yang diselamatkan dan diangkut ke Belanda secara bergelombang mulai tahun 1950.