Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Duka dan Doa untuk 53 Penumpang Sriwijaya Air

9 Januari 2021   21:04 Diperbarui: 13 Januari 2021   19:45 1017
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan hari ini, 9 Januari 2021, kecelakaan terjadi lagi pada jenis pesawat yang hampir sama: Boeing 737-524 (berusia 27 tahun), milik Sriwijaya Air.

Tiga kecelakaan yang terjadi dalam rentang waktu kurang satu tahun tersebut adalah jenis pesawat yang modelnya sama atau mirip (dua Boeing 737 MAX dan satunya lagi 737-524). Ketiganya juga mengalami gagal kontak dengan tower dan radar tidak berapa lama setelah lepas landas.

Kedua, dalam keterangan persnya (9 Januari 2021), Basarnas menyatakan, alat ELC (Emergency Location Transmitter) yang ada di pesawat tidak memancarkan sinar, sehingga lokasi pesawat tidak bisa langsung dipastikan posisinya secara persis. Pihak terkait di Australia juga tidak menerima sinyal ELT-nya. Tentu saja, ini sebuah "keanehan" yang perlu mendapatkan penjelasan teknis: kenapa?

Ketiga, ada kabar yang belum terkonfirmasi bahwa sebagian "saksi" (mungkin nelayan) konon mendengar ledakan besar sesaat sebelum kecelakaan. Namun kabar seperti ini seharusnya menunggu konfirmasi dari tim KNKT (Komite Nasional Keselamatan Transportasi). Sebab hentakan pesawat jenis Boeing 737 MAX (beratnya sekitar 63 ton dalam posisi tanpa bahan bakar dan tanpa penumpang) tentu saja akan memicu bunyi letusan dahsyat ketika jatuh dan menyentuh permukaan air.

Keempat, setiap kecelakaan, berapapun jumlah korbannya dan bagaimanapun tingkat kedahsyatannya adalah peristiwa luar biasa, terutama untuk keluarga korban. Namun sebaiknya mungkin kita menghindari sudut pandang klenis (perdukunan) dalam mengamati setiap kecelakaan. Dan kecelakaan dirgantara termasuk jenis kecelakaan yang biasanya penuh dengan penjelasan sangat teknis, penyelidikan penyebab kecelakaannya bisa berlangung berbulan-bulan, dan hasilnya pun baru dipublikasikan setelah publik "melupakan" kasusnya.

Kelima, sejauh ini beredar berita bervariasi terkait jumlah penumpang pesawat dan awak pesawat. Sebagian sumber menyebutkan 50 orang penumpang. Sumber lain mengatakan 53 orang (penumpang dan awak pesawat). Dan angka 53 orang itu adalah angka yang di-release Basarnas. Agar tidak bingung, kita tunggu saja management Sriwijaya mengumumkan manifest dan awak pesawat (pilot, co-pilot dan pramugara-pramugari) .

Keenam, dalam beberapa hari ke depan, perkembangan berita kecelakaan pesawat Sriwijaya flight SJ182 tentu akan menjadi trending topic di media-media reguler dan juga media sosial. Bisa diprediksi, untuk sementara akan mengalahkan intensitas berita tentang wabah covid-19, yang juga sedang hot-hotnya. Tapi saya pikir tak perlulah melihat sebuah kecelakaan dengan kacamata konspirasi atau rekayasa.

Syarifuddin Abdullah | Amsterdam, 09 Januari 2021M/ 25 Jumadil-ula 1442H.

Sumber foto: www.dw.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun