Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menyalakan Lampu Petromaks

22 Oktober 2020   02:17 Diperbarui: 3 Juni 2021   12:23 2074
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menyalakan Lampu Petromaks. | Foto oleh Dolledre

Dan lampu petromaks, pada masanya, adalah salah satu barang mewah di kampung, yang sebagian warga/ rumah tangga masih mengandalkan pelita (atau bahkan obor bambu) sebagai alat penerang.

Ada sebuah cerita mengerikan tentang lampu petromaks itu. Seorang teman (sebut saja namanya Ilyas), sepantaran di sekolah dasar, yang rumahnya berjarak sekitar 100 meter dari rumah saya. Pada suatu petang, seperti saya, Ilyas mulai menyalakan lampu petromaksnya. 

Entah karena apa, tak ada yang pernah tahu penyebab persisnya, mungkin karena tekanannya terlalu tinggi, tiba-tiba tabung petromaksnya meledak, dan menyulut api yang membakar bagian dada dan leher si Ilyas. 

Untung tetangga segera menolang sehingga tidak mengakibatkan kebakaran rumah. Sejak itu, orang-orang yang sepantaran dengan saya, selalu teringat pada peristiwa yang menimpa Ilyas, setiap kali menyalakan si petromaks. Dan sampai saat ini, setiap kali melihat gambar lampu petromaks, hal pertama yang terlintas di benak saya adalah peristiwa naas si Ilyas.

Cerita lain, di suatu sore di musim penghujan, suasana alam kampung terlihat sudah gelap sekitar pukul 17.00. Bagian dalam rumah lebih gelap lagi. Lantas seorang paman yang kebetulan bertamu di rumah, meminta saya untuk segera menyalakan si petromaks. 

Saya lantas spontan menjawab: "Belum, ini masih pukul 5 (jam 17.00)". Memang biasanya saya mulai menyalakan si petromaks sekitar 17.45 (menjelang magrib). Si paman tadi lantas bilang begini: lampu itu fungsinya untuk menerangi ruang gelap. Artinya menyalakan lampu mengacu pada gelap, bukan berdasarkan jam. Kalau jam 16.00 sudah gelap, ya lampu dinyalakan saja.

Baca juga: Lampu Petromaks dan Merayakan Kebahagiaan  

Saya teringat "filosofi" tentang fungsi lampu (yang disampaikan paman tadi) setelah sekian tahun kemudian, saya sempat hidup di musim gugur dan dingin di Eropa, ketika matahari tenggelam di ufuk barat sekitar pukul 17.00 di sore hari dan baru terbit sekitar pukul 08.00 di pagi hari. 

Dan di zaman modern ini, di perkantoran yang lay-out ruangannya tidak mempertimbangkan pencahayaan dari luar ruangan, lampu-lampu tetap dinyalakan di siang hari bolong.

Si petromaks adalah salah satu penanda sekaligus kenangan manis tentang sebuah zaman yang terus berubah, dan semua kita cenderung atau bahkan terpaksa mengikuti arus perubahan itu. Tapi ada satu hal yang tak bergeser: fungsi lampu untuk menerangi ruang yang gelap.

Syarifuddin Abdullah | Den Haag, 21-10-2020M/ 04-03-1442H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun