Hampir semua komunitas Indonesia di Belanda yang pernah bergaul dan bersentuhan langsung dengan Pak Puja, mendapatkan kesan bahwa Pak Puja, sebagai manusia, adalah orang yang tidak lagi memiliki rasa angkuh.Â
Hasilnya adalah kesantunan yang prima. Padahal jika mau, beliau memiliki banyak pengetahuan dan pengalaman yang sebenarnya amat pantas diangkuh-angkuhkan. Tidak aneh bila hampir semua merasa "paling dekat" dengan beliau.
Terkait soal kesantunan ini, tidak berlebihan jika dikatakan, Pak Puja adalah figur yang melaksanakan salah satu petuah sufistik Islam yang mengatakan: Kesantunan dan penghargaanmu kepada orang lain sesungguhnya adalah kesantunan dan penghargaan untuk dirimu sendiri.
Bagi sebagian pembaca, ulasan singkat artikel ini mungkin akan dianggap berlebihan. Wajar saja. Tapi saya secara pribadi tidak punya kepentingan apa-apa dengan Pak Puja, dan artikel ini hanya ucapan terima kasih biasa, tidak lebih dan tidak kurang.
Ibarat ikan besar, Pak Puja adalah figur yang tak cukup hidup di kolam kecil. Karena setiap ikan besar tempatnya adalah samudera. Doa terbaik untuk Pak Puja dan keluarga, di manapun dan kapanpun.
Syarifuddin Abdullah | Den Haag, 26 Juni 2020/ 05 Dzulqa'dah 1441H
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H