Buku Permanent Record karya Edward Snowden (Metropolitan Books, Henry Holt and Company, New York, September 2019) adalah otobiografi seorang pakar tekonologi informasi dan hacker kawakan, yang pernah bekerja pada dua institusi intelijen Amerika, dan kemudian dengan pertimbangan etis (mungkin juga ideologis) memutuskan membocorkan ke publik "jeroan" lembaganya: NSA (National Security Agency) dan juga CIA (Central Intelligence Agency).
Tema utama buku Permanen Record adalah kritik terhadap praktek mass survailance yang dilakukan oleh NSA untuk memata-matai semua warga bumi (bukan hanya warga Amerika), yang menurut Snowden melanggar hak-hak privasi warga negara yang dijamin konstitusi dan berbagai perangkat hukum di Amerika dan di setiap negara, dan juga hukum internasional.
Semua data survailance itu disimpan pada sebuah mega-server untuk selamanya (permanent) yang bisa digunakan jika diinginkan.
Karena narasinya ditulis secara kronologis, sejak Snowden berusia dini hingga menjadi pegawai yang memiliki izin mengakses informasi rahasia, uraian Permanent Record relatif mudah diikuti plotnya.
Entah sengaja atau kebetulan, narasi kronologis itu membuat pembocoran rahasia dua lembaga telik sendi Amerika (NSA dan CIA) mengalir secara smooth, kadang tanpa terasa. Meski tema utamanya adalah pembocoran dokumen rahasia milik NSA, namun di beberapa bagian, Snowden juga menelanjangi cara kerja CIA, pun dengan cara smooth.
Di beberapa bagian, bahkan diperlukan kejelian khusus untuk memastikan pada bagian mana "jeroan" itu ditelanjangi. Contoh: dari berbagai sumber online, kita bisa saja dengan mudah mendapatkan gambar atau bagan tentang struktur organisasi CIA.
Namun akan sulit memperoleh gambaran tentang bagaimana setiap divisi/unit pada struktur CIA itu bekerja. Buku Permanent Record menjelaskannya dengan detail dan gamblang (hlm 124).
Pada setiap lembaga intelijen, apalagi sekelas CIA dan NSA, salah satu bagian paling krusial adalah tahapan rekrutmen pegawai (staf administrasi, informan, agen, atau yang biasa disebut asset). Â Diperlukan proses spotting dan security clearance yang tidak gampang dan sekaligus berisiko.
Untuk kasus ini, ketika mendaftar untuk bekerja di lembaga intelijen, Snowden berhasil mendapatkan kualifikasi "Full scope polygraph", yang merupakan the highest clearance (hlm 94-101).
Karena itu, menjadi pertanyaan besar: kenapa dan bagaimana bisa Snowden yang lolos melewati tingkat tertinggi Security Clearance (sejenis penelitian khusus/Litsus) yang antara lain bertujuan untuk memastikan loyalitas, justru bisa berbalik arah setelah bekerja kurang lebih 9 tahun (2005-2013)?
Jawabannya, mungkin karena manusia selalu potensial untuk berubah pikiran dan pertimbangan. Atau kasus tentang back-up data di CIA, misalnya.