Dari alam barzakh, aku mengamati beberapa orang datang ke rumahku, sebagian dari mereka aku kenal sebelumnya, sebagian lainnya tidak pernah bertemu sebelumnya. Mereka diundang untuk membacakan ayat-ayat quran selama tujuh malam berturut-turut. Khataman quran dan setiap malam mereka mendoakan semoga pahala bacaan Quran itu mengalir untukku di alam barzakh.
Layar-5
Dari alam barzakh, aku dapat mengambati beberapa orang yang pernah menjadi muridku secara langsung ataupun tidak langsung, mereka yang pernah belajar sesuatu kebaikan dariku. Dari merekalah aku mendapatkan semacam "siraman kedamaian" setiap kali para mantan muridku itu mempraktekkan dan/atau mengamalkan ilmu yang pernah aku ajarkan kepada mereka.
Aku juga melihat si Fulan, Allan dan yan lainnya, yang pernah aku bantu dengan sepenuh ikhlas, yang tak pernah lupa berdoa untukku. Doa mereka senantiasa menjadi penyejuk arwahku di alam barzakh.
Layar-6
Dari alam barzakh, dengan mata rohku, aku bisa mengamati seluruh bagian bumi seperti seorang manusia melihat sebutir telur. Dari berbagai titik di bumi itu, aku melihat beberapa titik yang memancarkan sinar yang begitu membahagiakan. Aku tak bisa mengidentifikasinya satu per satu.
Namun salah satu di antara titik cahaya itu muncul dari sebuah rumah, berbentuk mushalla yang pernah aku mampiri untuk shalat, dan setelah shalat, aku memasukkan sejumlah uang recehan ke celengan yang diletakkan di pintu mushalla. Di titik lain muncul dari sebuah panti asuhan yang aku pernah menyisihkan uang relatif besar untuk pembangunannya.
Aku diberitahu bahwa cahaya kebahagiaan itu disebabkan oleh sumbangan yang aku masukkan ke celengan mushalla dan panti asuhan, yang kemudian digunakan untuk memperbaiki kerusakan bangunan mushalla dan panti asuhan itu. Mungkin ini yang disebut amal jariyah. Makin besar kadar keikhlasanku dalam nilai sumbangannya, semakin besar cahaya yang memancarkan kebahagiakan untukku.
Layar-7
Tapi aku pun bisa melihat orang-orang yang pernah aku zalimi, sengaja ataupun tidak disengaja, juga orang yang pernah aku perlakukan secara tidak layak.
Sebagian dari mereka memaafkan kezalimanku, sebagian lainnya memaafkanku setengah hati, namun sebagian kecil dari mereka masih mendendam, dan tak memberi maaf kepadaku. Dari mereka inilah aku terus dirongkrong dan mendapatkan semacam "lembar tagihan" yang membebaniku di alam barzakh, yang tentu saja tak bisa lagi aku "membayar atau melunasinya". Aku hanya berharap, mereka memaafkan kezalimanku.