Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tafsir Mimpi

9 April 2018   10:30 Diperbarui: 9 April 2018   10:33 2241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: santinorice.com

Biasanya, kalau saya ditanya soal tafsir mimpi dan itu sering terjadi dengan alasan yang tak pernah jelas, saya akan jawab singkat begini: cara paling sederhana untuk menafsirkan mimpi adalah memahami sebaliknya.

Misal-1, jika mimpi kehilangan uang, berarti akan dapat uang.

Misal-2, mimpi tidak lulus dalam suatu ujian, berarti akan lulus.

Misal-3, mimpi kehilangan istri, berarti akan dapat istri lagi. Hehehe.

Namun ada beberapa catatan umum yang mungkin perlu diketahui tentang mimpi:

Pertama, dalam buku-buku tafsir mimpi (tafsir-ul-ahlam), yang banyak beredar di pasaran, tiap mimpi dapat ditafsirkan secara positif dan negatif. Artinya, tidak pernah ada "tafsir tunggal" terhadap suatu mimpi. Sebab mimpi sering ditafsirkan berdasarkan konteks ruang dan waktunya.

Kalau gadis atau bujang mimpi digigit ular, dapat ditafsirkan "akan dapat jodoh". Tapi umumnya mimpi tentang ular ditafsirkan negatif: akan gagal, dikhianati, ditikam dari belakang dan seterusnya.

Kedua, ada mimpi yang muncul karena obsesi. Artinya, jika sering memikirkan seseorang atau sesuatu, biasanya akan terbawa dalam mimpi. Jika terlalu terobsesi ingin "makan sate Padang", misalnya, insya Allah akan bermimpi makan atau ketemu sate Padang. Mimpi model inilah yang sering disebut "bunga-bunga tidur". Level akurasinya mungkin hanya tingkat-3 (dalam skala 1 sampai 10).

Sebaliknya, ada mimpi yang muncul tanpa obsesi. Misalnya, tiba-tiba bermimpi ketemu seorang teman lama, yang sudah bertahun-tahun tak ketemuan. Besar kemungkinan teman lama itu juga sering mengingat Anda. Level akurasinya bisa mencapai tingkat 6 atau 7 (dalam skala 1 sampai 10).

Jika tiba-tiba bermimpi ketemu orangtua (ayah atau ibu), yang sudah lama wafat, mungkin sekali itu isyarat atau pengingat bahwa Anda sudah lama atau jarang mendoakannya. Berdoalah!

Ketiga, mimpi adalah pengalaman yang sangat personal, sangat pribadi. Hanya bisa dipahami atau dirasakan oleh yang bersangkutan. Karena itu, meminta orang lain untuk menafsirkan mimpi Anda, sebenarnya kurang pas. Sebab hanya Anda, dan Anda saja, yang dapat memahami mimpi Anda secara utuh. Artinya juga, jika Anda dan orang lain bermimpi sesuatu atau seseorang dengan "penampakan mimpi yang sama atau mirip", mungkin sekali tafsirannya akan berbeda.

Keempat, ada orang-orang tertentu yang memiliki kemampuan mengatur mimpinya. Misal, Si Y ingin bermimpi ketemu almarhumah ibunya atau ayahnya di dalam mimpi, maka sebelum tidur, dia meniatkan ketemu ibunya atau ayahnya, dan ibunya atau ayahnya akan datang benaran di dalam mimpi.

Kemampuan mengatur mimpi untuk diri sendiri itu, dapat meningkat ke level yang lebih tinggi: membuat atau mengatur mimpi orang lain. Misal si Y, dapat membuat si X  bermimpi tentang sesuatu atau tentang dirinya (si Y). Kayaknya poin ini yang menginspirasi lirik lagu "Selamat Malam"-nya Evie Tamala: "Bawalah aku dalam mimpi yang indah..."

Kelima, mimpi yang berulang sampai tiga kali, dengan "penampakan" yang sama atau mirip, maka tingkat akurasinya atau kebenarannya bisa mencapai level 7 (dalam skala 1 sampai 10). Makanya, kalau si Y bermimpi sampai tiga kali menikahi si X, besar kemungkinan si Y akan menikahi betul si X. Namun jenis mimpi yang berulang seperti ini sangat jarang terjadi.

Keenam, sering terjadi ada mimpi yang tak jelas, penampakannya samar-samar. Dan sulit diceritakan ulang setelah bangun dari tidur. Mimpi model beginian biasanya terjadi karena faktor kelelahan. Tingkat akurasinya 0 (nol, dalam skala 1 sampai 10).

Ketujuh, khusus bagi Muslim atau Muslimah, bermimpi ketemu Rasulullah Muhammad saw menunjukkan bahwa Anda benar-benar ketemu Muhammad saw. Sebab ada hadits Nabi yang menegaskan, "Siapapun yang melihatku dalam mimpinya, berarti dia benar-benar melihatku". Salah satu alasannya, karena setan tidak mampu menyerupai atau menampilkan dirinya sebagai Muhammad saw.

Memimpikan sosok Rasulullah saw umumnya dipahami sebagai hidayah, dan karena itu, bisa terjadi pada siapa saja: orang taat ataupun pendosa. Jika berkenan, bolehlah "mengobsesikan diri" untuk bermimpi ketemu Rasulullah saw.

Kedelapan, dalam ajaran Islam, dan saya pikir juga di agama lain, mimpi tidak pernah dijadikan acuan utama dalam melakoni realitas kehidupan. Paling jauh diposisikan sebagai "suplement penguat" saja. Sebab acuan utama dalam melakoni kehidupan adalah hukum sebab-akibat. Namun juga tidak ada larangan dalam agama untuk mempercayai atau tidak mempercayai mimpi.

Kesembilan, mimpi adalah adalah salah satu "misteri kehidupan manusia". Dan mungkin sekali, makhluk hidup yang mengalami mimpi hanya manusia. Sebab belum pernah bisa dipastikan apakah hewan lain, panda atau harimau misalnya juga bermimpi. Dan tidak pernah ada penjelasan ilmiah yang benar-benar bisa dijadikan acuan untuk memahami proses terjadinya sebuah mimpi.

 Syarifuddin Abdullah | 09 April 2018 / 24 Rajab 1439H

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun