Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bom Bunuh Diri yang Gagal di Subway NYC, Amerika

12 Desember 2017   09:53 Diperbarui: 12 Desember 2017   10:08 2104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Akayed Ullah, pelaku bom bunuh diri gagal di Subway NYC, Amerika pada Senin, 11 Des 2017 (reuters.com)

Kelima, pada 11 Nopember 2017, saya kebetulan berada di NYC, dan sempat menumpang kereta Subway, yang berhenti di stasiun yang menjadi titik ledakan. Kesimpulan saya saat itu: stasuin bawah tanah di NYC maupun di Washington DC dapat dikategorikan "sasaran empuk" serangan teror. Sebab di setiap pintu masuk ke Subway, tak ada pemeriksaan bawaan penumpang, tidak ada metal detector yang dipasang di setiap pintu masuk (kecuali kalau ada metal detector yang tidak kasat mata).

Dan bukan hanya Subway yang tidak punya metal detector, tapi juga hampir semua hotel di Amerika tidak memasang metal detector di pintu masuknya. Saya sempat menyampaikan bahwa semua hotel berbintang empat dan lima di Indonesia memasang metal detector, lalu menanyakan hal ini kepada seorang aparat keamanan dan pegawai hotel saat berada di Washingtin DC. Jawabannya: semua hotel di Amerika belum merasa perlu atau belum ada arahan dari aparat keamanan untuk memasang metal detector.

Mungkin kebijakan metal detector di Subway dan hotel di Amerika ini perlu segera dikakukan. Metal detector memang menciptakan ketidaknyamanan bagi publik. Tapi setiap kebijakan keamanan dan keselamatan pasti akan mengurangi kenyamanan.

Keenam, saya masih menganggap relevan untuk mengutip ulang pernyataan realistis yang mengomentari serangan Sayfullo Saipov, pada 01 Nop 2017, yang disampaikan oleh Matthew Olsen, mantan Direktur National Counterterrorism Center (NCTC), yang juga menjabat General Counsel untuk National Security Agency (NSA) dan Special Counsel untuk Direktur FBI, yang mengatakan "The reality is that as long as we live in an open and free society, it's difficult if not impossible to stop every attack like this... (realitasnya, selama kita hidup dalam sistem masyarakat terbuka dan bebas, maka sulit atau bahkan mustahil untuk menghentikan serangan teror seperti ini...".

Syarifuddin Abdullah | 12 Desember 2017 / 24 Rabiul-awal 1439H.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun