Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Pilpres 2019, "Seandainya Saya Prabowo Subianto"

30 November 2017   12:46 Diperbarui: 30 November 2017   12:48 4087
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau saya memilih Cak Imin sebagai Capwapres tentu harus "dikompromikan" atau ada konsesi yang ditawarkan kepada Demokrat, PAN dan PKS.

Idealnya, Demokrat dan PKB ikut bergabung dengan koalisi Gerindra-PAN-PKS, lantas saya diberikan kebebasan memilih salah satu dari Cawapres yang mereka ajukan. Termasuk memilih kader non partai atau salah satu Gubernur yang kini masuk dalam bursa Cawapres. Tapi dalam politik kekuasaan, yang ideal kayak begini, meski dimungkinkan, tapi jarang-jarang terjadi.

Kesembilan, mengacu pada berbagai pertimbangan di atas, saya ingin menyampaikan pernyataan penutup: satu-satunya jalan untuk dapat menantang secara berimbang dan berpotensi mengalahkan Jokowi yang didukung oleh Koalisi PDIP adalah (tolong digarisbawahi): semua kekuatan di luar Koalisi PDIP, harus bersatu, merapatkan barisan, bergerak dengan satu slogan: "memenangkan Pilpres 2019".

Saya sadar, membentuk koalisi jumbo penantang yang ideal memang cukup berat. Tapi saya ingin menekankan satu hal penting: bila pertarungan Pilpres 2019 diikuti tiga kubu (koalisi PDIP, koalisi Gerindra dan koalisi Demokrat), hampir pasti, kubu petahana akan unggul pada putaran pertama. Meski dimungkinkan adanya putaran kedua, namun kenapa harus berharap ke putaran kedua, bila sudah bisa dilakukan di putaran pertama. Bukankah itu boros waktu dan uang, juga menguras tenaga.

Maksud saya begini: kalau dua kubu penantang (kubu Gerindra dan kubu Demokrat) pada akhirnya akan "bersatu" juga di putaran kedua Pilpres 2019, kenapa tidak dilakukan sejak awal saja pada putaran pertama?

Syarifuddin Abdullah | 30 Nopember 2017 / 12 Rabiul-awal 1439H

Lampiran Hasil Perolehan Suara Parpol pada Pemilu 2014 (Sumber: KPU, 09 Mei 2014):

1. PDIP: 23.681.471         (18,95 %).

2. Golkar: 18.432.312      (14,75 %).

3. Gerindra: 14.760.371  (11,81 %).

4. Demokrat 12.728.913 (10,19 %).

5. PKB: 11.298.957            (9,04 %).

6. PAN: 9.481.621               (7,59 %).

7. PKS: 8.480.204             (6,79 %).

8. Nasdem 8.402.812       (6,72 %).

9. PPP: 8.157.488               (6,53 %).

10. Hanura:6.579.498        (5,26 %).

11. PBB; 1.825.750               (1,46 %).

12. PKPI: 1.143.094              (0,91 %).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun