Secara demografi, KSA berpenduduk sekitar 32 juta jiwa. Namun, hanya sekitar 17 juta penduduk KSA yang benar-benar keturunan asli Arab Saudi. Sedangnya sekitar 17 juta lainya adalah imigran dari berbagai negara yang kemudian menjadi warga negara KSA. Sementara penduduk Iran berjumlah sekitar 81 juta jiwa (data 2017), hampir semuanya keturunan Persia asli.
Tentu jumlah populasi tak sepenuhnya bisa dijadikan variabel keunggulan atau kelemahan. Tapi jumlah penduduk biasanya akan langsung tereflkeksikan dalam jumlah pasukan reguler dan pasukan cadangan. Iran memiliki pasukan reguler sekitar 500.000 orang dan pasukan cadangan berupa milisi lebih dari 2 juta orang. Tentara reguler KSA Â berjumlah sekitar 480.000 prajurit, tapi pasukan cadangannya hanya 325.000 prajurit.
Keenam, Proxy war: Takkan ada konfrontasi langsung
Karena faktor geografis, bisa dipastikan tidak akan pernah terjadi pertempuran head-to-head antara militer KSA vs Iran. Alternatifnya adalah proxy war (perang dengan menggunakan kelompok atau negara lain). Pada poin ini, Iran lebih unggul. Sebab Iran saat ini diasumsikan dapat mengendalikan milisi-milisi Syiah di Irak, Hezbullah di Lebanon, dan Al-Houti di Yaman. Karena itu, Iran memiliki kapasitas membuka beberapa front dalam waktu bersamaan.
Sementara KSA tidak memiliki pasukan milisi yang dapat dikendalikan di negara-negara yang berbatasan langsung dengan Iran (Irak, Turki, Azerbaijan, Turkmenistan, Afghanisan dan Pakistan). Makanya, KSA tidak mampu membuka beberapa front sekaligus dalam waktu bersamaan.
Ketujuh, Dukungan super power
Jamak diketahui, KSA selama ini disokong dan merupakan salah satu sekutu utama Amerika, sementara Iran didukung Rusia.
Dan jangan lupa, kedua negara super power itu, Amerika dan Rusia, memiliki kepentingan: menjual senjata. Pabrik senjata tak boleh berhenti berproduksi, dan karena itu, harus selalu mencari atau menciptakan konflik perang agar senjata laku terjual.
Kedelapan, mekanisme pengambilan kebijakan
Sebagai negara kerajaan, mekanisme pengambilan kebijakan di KSA umumnya bermuara pada satu figur: Raja Salman dan/atau Putra Mahkota Muhammad bin Salman (MBS). Saat ini, karena faktor usia dan kesehatan Raja Salman, diasumsikan semua kebijakan KSA bermuara ke MBS.
Meskipun menganut sistem Republik, namun setiap kebijakan strategis di Iran juga bermuara ke satu figur: Ayatullah Ali Khamenei.