Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Taksi "Online" yang Menggeser Layanan Taksi Reguler di Washington DC

18 November 2017   14:08 Diperbarui: 19 November 2017   06:57 2244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keenam, ketika mengantar penumpang, supir taksi reguler ataupun online umumnya menggunakan dan mengikuti instruksi GPS (catatan perbandingan: tahun 2008, saya pernah menumpang taksi di Sydney Australia, dan si supir lebih sering memilih jalan lain, yang berbeda dengan instruksi GPS, karena si supir mengklaim lebih menguasai jalan daripada GPS).

Ketujuh, permasalahannya, naik taksi reguler di DC dan NYC sungguh mahal, apalagi kalau dikonversi ke rupiah. Buka pintu, tarif di layar argo langsung menunjuk 1,5 USD (sekitar Rp20.000). Saya perhatikan, kalau naik taksi dengan jarak sekitar 10 mil (sekitar 16 km), tanpa macet, tarif sewanya bisa mencapai 30 USD (sekitar Rp390.000).

Kedelapan: minimal berdasarkan pengalaman selama beberapa hari, saya cermati, naik taksi di DC dan NYC relatif aman. Semua pergerakan mobil taksi terpantau melalui GPS. Dan kecil kemungkinan supir taksi sengaja mengambil jalur panjang agar sewa menjadi mahal. Karena seperti disebutkan pada catatan keenam, semua taksi, reguler ataupun online, menggunakan GPS setiap kali mengantar penumpang. Selain itu, setiap penumpang juga umumnya akan mengaktifkan GPS di handpone-nya saat sedang menumpang taksi.

Kesembilan, poin yang juga sangat menarik terkait naik taksi di DC atau NYC adalah begitu tiba di alamat tujuan, supir taksi akan selalu menawari penumpangnya apakah mau diprint-outkan kwitansi tarif taksinya. Dan kwitansi pembayaran sewa taksi ini yang belum lazim di kota-kota besar di Indonesia.

Syarifuddin Abdullah | Washington DC, 18 Nop 2017 / 29 Shafar 1439H

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun