Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pesan Moral Jimat Jenderal Sudirman

9 Oktober 2017   08:47 Diperbarui: 9 Oktober 2017   09:06 2595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: screenshot dari TVRI

Saya tersentuh ketika menonton adegan, melalui video yang sudah viral di Medsos, yang menampilkan sosok Jenderal Sudirman, dalam adegan di lapangan, yang digelar pada upacara HUT TNI 05 Oktober 2017, yang juga dihadiri Presiden Jiokowi. Ketika kamera menyorot wajah Presiden Jokowi, senyum paham menghias wajah Presiden, yang menurut pengakuannya sendiri: berwajah ndeso.

"Jimatku sederhana hanya tiga", kata Sang Jenderal.

"Pertama, saya tidak pernah lepas dari bersuci (selalu dalam keadaan berwudhu)...".

"Kedua, saya selalu shalat tepat waktu..."

"Ketiga, semua saya lakukan dengan tulus ikhlas. Bukan untuk diri sendiri, bukan untuk keluarga, bukan untuk institusi, bukan untuk partai. Tetapi untuk seluruh rakyat dan bangsa Indonesia".

Adakah yang baru dari tiga jimat itu?

Semuanya biasa. "Jimat" itu adalah nasehat klasik. Mungkin di antara kita banyak yang relatif sudah melakukannya. Perbedaannya mungkin hanya pada sisi pemaknaan terhadap tiga jimat tersebut.

Dalam kajian sufistik, jimat gaya jenderal Sudirman itu, yang biasa disebut ber-tawassul dengan amal baik.

Bertawassul, kalau diterjemahkan bebas, bermakna "menyebut atau melandaskan suatu permintaan kepada Yang Maha Kuasa, dengan amalan baik".

Namun amalan baik yang paling ampuh dijadikan landasan atau alasan untuk meminta sesuatu adalah amalan yang memenuhi tiga syarat, sebagai berikut:

Pertama, amalan itu tetap dan dilakukan secara rutin, umumnya dilakukan minimal sekali dalam putaran waktu 24 jam.

Kedua, amalan itu diniatkan atau dinazarkan sebagai "kewajiban terhadap diri sendiri". Karena itu, bila lalai melakukannya, maka harus ditebus dengan kaffarah (puasa tiga hari).

Ketiga, amalan itu diniatkan untuk dilakukan seumur hidup.

Saya yakin, bahwa yang dimaksud jimat oleh Jenderal Sudirman dengan tiga jimatnya itu, sudah memenuhi tiga syarat tersebut. Karena itulah, sentuhannya sangat kuat dan menjadi legenda.

Syarifuddin Abdullah | 09 Oktober 2017 / 19 Muharram 1439H

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun