Kesimpulan keempat, setiap kali merasa layak dan berhak mengklaim melakukan suatu pengorbanan, lalu mengingat kualitas pengobaranan Nabi Ibrahim, tidak ada kemungkinan lain kecuali langsung merasa malu sendiri.
Kesimpulan kelima, kita sering menilai dan membanding-bandingkan pengorbanan secara material: jasa dibalas jasa, uang dibalas duit, barang dibalas barang. Tidak sadar bahwa kita sedang melakukan sebuah transaksi yang tidak pada tempatnya. Nabi Ibrahim, tanpa pikir panjang, langsung membandingkan pengorbanannya dengan kalimat yang hanya terdiri dari dua kata: allahu akbar (Tuhan Mahabesar).
Meresapi dan memaknai takbir (Allahu Akbar) adalah jalan pintas menuju kesadaran bahwa sebesar apapun pengorbanan yang kita lakukan, kalau ditamsilkan, adalah ibarat setetes air di samudera luas kamahabesaran Allah swt.
We're nothing, Allah the Great is everything.
Syarifuddin Abdullah | 29 Agustus 2017 / 07 Dzul-hijjah 1438H.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H