Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Aksi Teror dengan Modus Tabrak, Gilas, Lari: Mudah, Murah dan Sulit Dicegah

20 Agustus 2017   00:19 Diperbarui: 20 Agustus 2017   04:25 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di Nice Perancis, 15 Juli 2016, sebuah truk menabrak dan menggilas kerumunan orang yang sedang menghadiri pesta kembang api dalam rangka merayakan Bastille Day. Korban tewas 84 orang.

Di Berlin Jerman, 19 Desember 2016, sebuah truk menabrak kerumunan orang di sebuah pasar kaget yang digelar untuk kebutuhan natal. Korban tewas 9 orang.

Di London Inggris, 22 Maret 2017, serangan dengan mobil menabrak pejalan kaki di jembatan Westminster yang menuju Parlemen Inggris. Korban tewas 6 orang.

Di London Inggris, 03 Juni 2017, sebuah mobil mobil van menabrak pejalan kaki di London Bridge, yang menewaskan 8 orang.

Di Barcelona Spanyol, 17 Agustus 2017, sebuah mobil van menabrak pejalan kaki di jalan Las Ramblas, Barcelona. Korban tewas 14 orang.

Di Paris, di Berlin, di London, dan di Barcelona. Lima kasus aksi teror dengan modus tabrak-gilas lari menggunakan mobil (truk, sedan, van) selama satu tahun terakhir di Eropa menjadi rangakain aksi teror yang perlu dicermati oleh semua aparat di seluruh dunia, karena sejumlah alasan sebagai berikut:

Pertama, efek lanjutan aksi teror tabrak-gilas lari, tak kalah dengan aksi teror yang menggunakan bom. Peristiwa di Nice Perancis yang menewaskan lebih dari 84 orang adalah peristiwa tragis, yang dari segi jumlah korban tewas mengalahkan berbagai aksi teror bom.

Kedua, di sisi pelaku, teror dengan modus tabrak-gilas lari sangat mudah dilakukan, karena pelaku hanya memerlukan dua hal: keinginan dan bisa menyetir mobil. Dua hal ini tidak memerlukan pelatihan khusus, karena umumnya semua orang bisa menyetir mobil.

Ketiga, aksi teror dengan modus tabrak-gilas lari, dapat dikategorikan sangat murah. Apalagi sebagian mobil yang digunakan adalah mobil rental atau curian.

Keempat, karena mudah dan murah, maka aksi teror dengan modus tabrak-gilas lari menjadi sangat sulit dicegah atau diantisipasi. Artinya bisa terjadi kapan saja dan di mana saja.

Kelima, sulitnya mencegah aksi teror bermodus tabrak-gilas lari terutama karena tidak/belum ada aturan atau mekanisme pencegahannya. Sebagai perbandingan, aksi teror bom dapat dicegah dengan memperketat peraturan jual-beli dan peredaran bahan peledak. Sementara, negara atau aparat keamanan tidak mungkin mencegah seseorang mengendarai mobil.

Keenam, selanjutnya, aksi teror bermodus tabrak-gilas lari berpotensi akan terus berinovasi, misalnya, mobil yang digunakan dalam aksi juga dilengkapi bom. Kasus penemuan bom molotov di mobil van dalam aksi teror di London Bridge memperkuat dugaan ini.

Ketujuh, boleh dibilang bahwa rangkaian aksi teror bermodus tabrak-gilas lari di Eropa selama setahun terakhir merupakan pelaksanaan maklumat yang pernah dititahkan oleh pemimin Islamic Staten (baca: ISIS), Abubakar Al-Baghdady, agar semua prajurit, pendukung dan simpatisannya menggunakan segala modus untuk menteror negara-negara dan masyarakat yang dianggap musuhnya.

Kedelapan, dari segi ritme dan interval waktu aksinya, setidaknya di wilayah regional Eropa Barat, termasuk tinggi dibanding ritme aksi teror bom. Selama satu tahun (15 Juli 2016 sd 17 Agustus 2017) telah terjadi 5 aksi teror dengan modus tabrak-gilas lari. Ritme ini lebih dari cukup untuk melakukan tindakan preventif yang lebih sistematis.

Kesembilan, sejauh ini, di Indonesia memang belum pernah terjadi aksi teror dengan modus tabrak-gilas lari menggunakan mobil. Dan kita tentu berharap semoga tidak. Tapi dengan asumsi bahwa modus itu dikategorikan mudah, murah dan sulit dicegah, maka potensi terjadinya di Indonesia termasuk tinggi, atau malah tinggal persoalan waktu saja. Sebab siapapun yang mau melakukannya cenderung bisa dan mudah menirunya. Ke depan, semua pihak mesti tetap dan lebih waspada.

Syarifuddin Abdullah | 20 Agustus 2017 / 27 Dzul-qa'dah 1438H.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun