Keenam, selanjutnya, aksi teror bermodus tabrak-gilas lari berpotensi akan terus berinovasi, misalnya, mobil yang digunakan dalam aksi juga dilengkapi bom. Kasus penemuan bom molotov di mobil van dalam aksi teror di London Bridge memperkuat dugaan ini.
Ketujuh, boleh dibilang bahwa rangkaian aksi teror bermodus tabrak-gilas lari di Eropa selama setahun terakhir merupakan pelaksanaan maklumat yang pernah dititahkan oleh pemimin Islamic Staten (baca: ISIS), Abubakar Al-Baghdady, agar semua prajurit, pendukung dan simpatisannya menggunakan segala modus untuk menteror negara-negara dan masyarakat yang dianggap musuhnya.
Kedelapan, dari segi ritme dan interval waktu aksinya, setidaknya di wilayah regional Eropa Barat, termasuk tinggi dibanding ritme aksi teror bom. Selama satu tahun (15 Juli 2016 sd 17 Agustus 2017) telah terjadi 5 aksi teror dengan modus tabrak-gilas lari. Ritme ini lebih dari cukup untuk melakukan tindakan preventif yang lebih sistematis.
Kesembilan, sejauh ini, di Indonesia memang belum pernah terjadi aksi teror dengan modus tabrak-gilas lari menggunakan mobil. Dan kita tentu berharap semoga tidak. Tapi dengan asumsi bahwa modus itu dikategorikan mudah, murah dan sulit dicegah, maka potensi terjadinya di Indonesia termasuk tinggi, atau malah tinggal persoalan waktu saja. Sebab siapapun yang mau melakukannya cenderung bisa dan mudah menirunya. Ke depan, semua pihak mesti tetap dan lebih waspada.
Syarifuddin Abdullah | 20 Agustus 2017 / 27 Dzul-qa'dah 1438H.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H