Di Nice Perancis, 15 Juli 2016, sebuah truk menabrak dan menggilas kerumunan orang yang sedang menghadiri pesta kembang api dalam rangka merayakan Bastille Day. Korban tewas 84 orang.
Di Berlin Jerman, 19 Desember 2016, sebuah truk menabrak kerumunan orang di sebuah pasar kaget yang digelar untuk kebutuhan natal. Korban tewas 9 orang.
Di London Inggris, 22 Maret 2017, serangan dengan mobil menabrak pejalan kaki di jembatan Westminster yang menuju Parlemen Inggris. Korban tewas 6 orang.
Di London Inggris, 03 Juni 2017, sebuah mobil mobil van menabrak pejalan kaki di London Bridge, yang menewaskan 8 orang.
Di Barcelona Spanyol, 17 Agustus 2017, sebuah mobil van menabrak pejalan kaki di jalan Las Ramblas, Barcelona. Korban tewas 14 orang.
Di Paris, di Berlin, di London, dan di Barcelona. Lima kasus aksi teror dengan modus tabrak-gilas lari menggunakan mobil (truk, sedan, van) selama satu tahun terakhir di Eropa menjadi rangakain aksi teror yang perlu dicermati oleh semua aparat di seluruh dunia, karena sejumlah alasan sebagai berikut:
Pertama, efek lanjutan aksi teror tabrak-gilas lari, tak kalah dengan aksi teror yang menggunakan bom. Peristiwa di Nice Perancis yang menewaskan lebih dari 84 orang adalah peristiwa tragis, yang dari segi jumlah korban tewas mengalahkan berbagai aksi teror bom.
Kedua, di sisi pelaku, teror dengan modus tabrak-gilas lari sangat mudah dilakukan, karena pelaku hanya memerlukan dua hal: keinginan dan bisa menyetir mobil. Dua hal ini tidak memerlukan pelatihan khusus, karena umumnya semua orang bisa menyetir mobil.
Ketiga, aksi teror dengan modus tabrak-gilas lari, dapat dikategorikan sangat murah. Apalagi sebagian mobil yang digunakan adalah mobil rental atau curian.
Keempat, karena mudah dan murah, maka aksi teror dengan modus tabrak-gilas lari menjadi sangat sulit dicegah atau diantisipasi. Artinya bisa terjadi kapan saja dan di mana saja.
Kelima, sulitnya mencegah aksi teror bermodus tabrak-gilas lari terutama karena tidak/belum ada aturan atau mekanisme pencegahannya. Sebagai perbandingan, aksi teror bom dapat dicegah dengan memperketat peraturan jual-beli dan peredaran bahan peledak. Sementara, negara atau aparat keamanan tidak mungkin mencegah seseorang mengendarai mobil.