Saya punya sahabat, berinitial AF, yang punya cara unik membantu dan berbagi dengan orang lain, dengan cara yang menyentuh dan layak dicontoh.
Pada suatu sore, ketika pulang kampung ke rumah orangtuanya di wilayah Pantura antara Kota Tegal dan Pemalang, AF sedang duduk santai di beranda rumah. Tiba-tiba, lewatlah pedagang bakso gerobak, dengan bunyi khasnya: teng-teng-teng-teng. Si AF langsung memanggil si Tukang Bakso. Dan kontan si Tukang Bakso berhenti mendorong gerobaknya.
Setelah berdialog singkat sambil bertanya bagaimana kabarnya, AF bilang ke Tukang Bakso: "Saya ingin Abang menaksir semua sisa baksomu yang belum terjual di gerobak ini".
Si tukang bakso hanya perlu beberapa menit dan menjawab sigap: "Saya baru keluar, pak. Biasanya dagangan saya berjumlah sekitar 60 mangkok per hari, dan baru sempat menjual 10 mangkok. Berarti masih sisa sekitar 50 mangkok".
AF: "Harga satu mangkoknya berapa, Bang?"
Tukang bakso: "Rata-rata Rp7.000 rupiah pak, kalau dikalikan 50 mangkok yang tersisa, total nilainya Rp350.000".
Tanpa pikir panjang, Si AF merogoh dompetnya dan mengeluarkan 3 lembar uang merah (pecahan Rp100.000) dan 1 lembar uang biru (pecahan Rp50.000), lalu menyerahkannya kepada tukang bakso, sambil berkata, "Saya beli semua baksonya, Bang".
Si Tukang Bakso heran, dan sejenak tampak berpikir apakah bapak AF orang normal atau tidak, makanya dia langsung bertanya: "Bapak mau makan semua baksonya?".
"Tentu tidaklah, Bang", jawab si AF sambil tersenyum dan kemudian melanjutkan: "Bang, kamu lihat sekumpulan anak-anak yang sedang bermain itu, tawari mereka makan bakso yang sudah saya bayar itu".
"Kalau baksonya masih sisa, tawarin kepada anak-anak muda dan ibu-ibu tetangga saya di sepanjang gang ini. Tapi jangan bilang saya yang bayar", lanjutnya
"Nah, kalau semua orang di gang ini sudah makan bakso, dan ternyata baksonya masih sisa juga, Abang terus jalan berjualan secara normal, dan kalau ada yang mau beli, sajikan baksonya. Tapi kalau pembeli itu mau bayar, jangan ambil uangnya! Bilang saja baksonya gratis, karena sudah diborong bapak yang rumahnya dekat masjid itu."
Akhir cerita, AF terlihat plong dan merasa bahagia, karena sudah membuat gembira anak-anak yang makan bakso gratisan sore itu, dan pada saat yang sama juga membahagiakan dan mengurangi beban si Tukang Bakso, karena hari itu dia tidak harus keliling kampung berjualan bakso yang kadang sampai malam, yang belum tentu laku terjual semuanya.
Dan saya cuma berbisa berkomentar singkat: Luar biasa.
Syarifuddin Abdullah | 14 Juni 2017 / 19 Ramadhan 1438H
Catatan: artikel ini pernah diupload di akun Facebook saya pada Sabtu, 01 Agustus 2015, dengan judul "Berbagi dengan Memborong Bakso" dan kini dimuat ulang nyaris tanpa perubahan redaksional.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H