Usman bin Affan langsung berkata, “Saya orang pertama yang setuju”. Dan yang lain pun langsung berkata, “kami juga setuju”. Hanya Ali bin Abu Thalib yang diam tidak berkomentar. Karena itu, Abdurrahman berkata, “Abu Hasan (Ali), bagaimana pendapat Anda?”.
Ali bin Abu Thalib menjawab, “Saya minta jaminan bahwa kalian akan memihak kepada kebenaran, tidak mengikuti hawa nafsu, dan tidak memilih berdasarkan hubungan kekerabatan, dan jangan sampai meremehkan kepentingan umat.... Karena itu, berikan saya jaminan bahwa kalian akan mendukung saya, dan atau mendukung pilihan saya. Dan saya berjanji tidak akan memilih berdasarkan hubungan kekerabatan, dan tidak akan meremehkan kepentingan umat, saya akan minta umat berjanji dan saya juga akan berjanji untuk umat”.
Abdurrahman bin Auf berkata, “Wahai Ali, kamu berpendapat bahwa kamu lebih berhak mewarisi kekhalifaan dengan alasan hubungan kekerabatan (dengan Rasulullah saw), atau karena duluan masuk Islam, atau karena Anda dikenal orang yang taat beragama. Tapi, bagaimana kalau seandainya Anda Ali bin Abu Thalib tidak termasuk anggota Kelompok-6, lantas siapa yang Anda pilih di antara mereka”. Ali menjawab: “Usman bin Affan”.
Lalu Abdurrahman bin Auf berkata kepada Usman, “Kamu Usman bilang, orang tua dari Bani (klan) Abdu Manaf, mertua Rasulullah saw dan sekaligus sepupunya. Padahal saya lebih dulu masuk Islam, dan saya punya keutamaan. Lantas kepada siapa lagi kekhalifaan akan diamanahkan selain saya? Namun kalau seandainya kamu Usman bin Affan tidak termasuk dalam kelompok-6, lantas siapa yang Anda pilih di antara mereka?”.Usman menjawab: “Ali bin Abu Thalib”.
Selanjutnya, sambil mengutip ayat yang berbunyi “....Bertakwalah kepada Allah, yang dengan mempergunakan nama-Nya, kamu saling meminta satu sama lain dan peliharalah hubungan kekerabatan....” (QS An-Nisa, ayat 1), Ali bin Abu Thalib berkata kepada Sa’ad bin Abu Waqqash,. “Wahai Sa’ad, demi hubungan kekerabatan anak saya dengan Rasulullah saw, juga demi hubungan kekerabatan antara Anda dengan pamanku Hamzah, saya minta Anda untuk tidak mendukung Usman bin Affan, yang akan merugikan saya.
Ketika perundingan sedang berlangsung sengit antar anggota kelompok-6, rumah Abdurrahman bin Auf, setiap malam, dipenuhi para sahabat dan delegasi yang datang dari berbagai wilayah.
Dan pada malam terakhir, menjelang hari keempat setelah kematian Umar bin Khattab, Abdurrahman bin Auf mengunjungi rumah Al Musawwar bin Mukhzimah dan berkata, malam ini, saya tidak bisa tidur nyenyak. Dan menyuruh Al Musawwar bin Mukhzimah agar segera memanggil Sa’ad dan Zubair.
Kepada Zubair, Abdurrahman bin Auf berkata, “Biarkan jabatan khalifah dipegang oleh Bani Abdu Manaf (Usman bin Affan).” Tapi Saad menjawab, “Saya memilih Ali bin Abu Thalib”.
Kepada Sa’ad, Abdurrahman bin Auf berkata, “Suaramu untuk saya saja”. Lalu Sa’ad menjawab, “Seandainya kamu (Abdurrahman bin Auf) menjagokan diri Anda sendiri, saya akan menjawab: iya. Tapi, kalau kamu memilih untuk Usman bin Affan, maka saya akan memilih Ali bin Abu Thalib... Wahai Abdurrahman bin Auf, kalau Anda menjagokan diri, persoalannya menjadi ringan.”
Tapi, Abdurrahman bin Auf berkata, “Saya sudah mencabut hak suara saya. Seandainya pun saya tidak mencabut hak suara saya, saya tidak akan menolaknya... Saya telah bermimpi melihat taman hijau yang banyak rumputnya, lalu seekor hewan jantan yang belum pernah saya lihat dan lebih mulia masuk ke taman itu, berjalan seperti anak panah yang tidak peduli dengan sekitarnya... lalu seekor unta terlihat, lalu saya mengikuti jejaknya sampai keluar dari taman... Selanjutnya masuk lagi seekor hewan jantan jenius, lalu masuk hewan keempat dan memilih tinggal di taman itu. Tidak, demi Allah, saya tidak akan menjadi orang keempat. Dan siapapun yang berkuasa setelah Abu Bakar dan Umar bin Khattab, tidak akan mampu mendapatkan dukungan dari semua pihak”.
Kemudian Abdurrahman bin Auf memanggil Ali bin Thalib, yang sudah yakin bahwa dirinya akan terpilih menggantikan Umar bin Khattab. Selanjutnya, Abdurrahman bin Auf pergi menemui Usman bin Affan, dan bercerita sampai subuh.