Jawab: iya, makanya kadang terjadi penyegelan atau bahkan penghentian operasi SPBU yang apes kedapatan menipu. Tapi, secara umum, pengelola SPBU sudah paham waktu-waktu lazim pengecekan. Makanya, pengelola akan menormalkan mesin pompanya di periode waktu yang lazim dilakukan pengecekan.
Lagian, kayak gak tahu aja, kan sangat mungkin terjadi "proses 86" alias kongkalikong antara pemilik SPBU dan petugas inspeksi dari instansi terkait.
Bertanya lanjut: saya pernah membeli premium di sebuah SPBU pakai jerigen lima liter. Harga dan ukuran literannya sama.
Jawab: biasanya pengelola SPBU akan melayani pembelian yang menggunakan jerigen di mesin pompa tertentu yang memang disetel normal. Makanya suka ada pengumuman di SPBU yang bertuliskan begini: "Di sini tidak melayani pembelian yang menggunakan jerigen".
Tapi ada kemungkinan lain, kalau ada 10 mesin pompa di sebuah SPBU, mungkin sepertiga disetel culas, sisanya disetel normal.
Beberapa catatan menarik:
Pertama, pom-pom bensin di dalam kota melakukan penipuan meteran dengan kadar yang lebih tinggi, di banding pom bensin di luar kota. Berdasarkan pengalaman, saya menilai pom-pom bensin di jalur Pantura relatif jujur.
Kedua, dari pada saya membeli Premium Rp200 ribu, dan penunjuk BBM di speedo meter naik dua strip, mendingan saya membeli Pertamax atau Pertalite juga Rp200 ribu, dan jarum penunjuk pengisian di speedo meter yang tetap naik dua strip.
Ketiga, biasanya, pom bensin yang menjadi pavorit angkutan umum terutama Angkot, itu mengindikasikan bahwa pom bensin itu relatif jujur di meteran mesin pompanya.
Keempat, kalau ada yang tidak atau kurang percaya dengan ulasan tema utama artikel ini, silahkan mengetesnya sendiri. Dan jika berkenan, hasil pengecekannya boleh di-share ke saya.
Syarifuddin Abdullah | 15 April 2017 / 18 Rajab 1438H.