Artinya, jika Anda termasuk  orang yang berdisiplin di jalanan, Anda akan seringkali diperhadapkan pada dua pilihan: konsisten dan saklek berdisiplin atau kecelakaan.Â
Misal: ketika kendaraan Anda sudah bergerak setelah lampu hijau, lalu tiba-tiba ada kendaraan lain menerobos lampu merah dan mengganggu jalur Anda, di sini Anda boleh menabraknya dengan alasan Anda berada di pihak yang berdisiplin, dan kendaraan penerobos lampu merah itu tidak berdisiplin. Menurut saya, sebaiknya mengalah saja. Sebab sebuah kecelakaan tetap saja kecelakaan, dan akibatnya bisa fatal. Sementara soal  disiplin dan tidak disiplin cenderung akan "dinomorduakan", saat sebuah kecelakaan diproses oleh pihak berwajib.
Keempat, di manapun di Indonesia, selalu saja ada pengendara yang berperilaku seolah-olah jalan raya adalah milik mbahnya, atau lebih tepatnya memperlakukan jalan raya layaknya arena balapan. Sudah biarkan saja.Â
Kelima, saya pernah ngetes sendiri bersama seorang kawan yang memang doyan menyetir zig-zag di jalan raya. Kami berdua berangkat barengan dari Jakarta menuju Yogya via Semarang. Dan secara konsisten saya menyetir santai saja, menyalip ketika benar-benar kosong kendaraan di jalur salip. Hasil luar biasa: dia lebih dulu sampai dari saya dengan selisih waktu hanya sekitar 30 menit. Lalu untuk apa mempertaruhkan segalanya hanya untuk selisih 30 menit.
Selamat menikmati liburan tiga hari. Enjoy it!
Syarifuddin Abdullah | Jumat 14 April 2017 / 17 Rajab 1438H.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H