Dia bertanya balik, “Bapak punya anak berapa?”. Saya menjawabnya “tiga anak”. Dia tersenyum dengan senyuman yang hampir mengejek.
Karena penasaran, saya bertanya lanjut, jika satu pasangan suami-istri mampu memproduksi sampai 20-an anak, berarti banyak anak yang kembar? Jawabannya tidak juga. Sebab sebagian besar warga Pashtun menikah di usia 15 - 17 tahunan, laki-laki ataupun wanita.
Itu berarti sang istri rata-rata melahirkan satu anak setiap tahun. Maka satu pasangan sudah berusia 40-an tahun, sangat dimungkinkan punya anak sampai belasan orang. Dan jika anak-anak yang berjumlah belasan orang itu dijejer sesuai dengan tanggal kelahiran, mereka akan tampak seperti garis-garis tegak lurus di papan statistik.
Dan fakta tentang kelahiran yang “melimpah ruah” itu memang akhirnya terlihat jelas dalam data demografi: pada tahun 1960, penduduk Pakistan berjumlah 45,5 juta jiwa. Di tahun 2016 sudah berjumlah lebih dari 188 juta (peringkat keenam dunia). Artinya, dalam tempo kurang lebih 55 tahun, penduduk bertambah sekitar 143 juta jiwa. Wow.
Saya akhirnya mengajukan pertanyaan yang lebih sensitif (mohon maaf jika kurang elok): laki-laki Pashtun dalam satu pekan rata, biasanya bercinta berapa kali?
Jawabannya sungguh mengundang decak kagum: “Setiap hari. Ketika di usia muda perkawinan, khususnya di hari-hari libur, bisa dua sampai tiga kali dalam 24 jam”. Wow.
Dan ada yang lebih wow. Saya kembali mengajukan pertanyaan yang jauh lebih sensitif (lagi, mohon maaf jika tidak elok): ketika bercinta, seorang lelaki Pakistan bisa bertahan berapa lama dalam satu ronde? Dan jawabannya kembali sungguh mengundang kagum: “30 sampai 60 menit”. Wow. Lalu sambil bercanda, dia menambahkan, “Gairah seksual lelaki Pashtun seperti juga, juga terpicu oleh karena memang wanita Pashtun adalah tipe wanita yang sangat cantik dan menggoda, bahkan ketika hanya sekedar melihat matanya”. Wow.
Oborolan santai serius di atas mengingatkan saya pada ungkapan seorang teman: bahwa salah satu indikator tentang stamina seksual seorang lelaki dapat dilihat dari asupan kulinernya. Maka santaplah asupan yang berenergi dan seimbang.
Syarifuddin Abdullah| Islamabad, 31 Maret 2017 / 03 Rajab 1438H.
Sumber foto: http://uniqpost.com, national-geographic-100-best-pictures-cover
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H