Ketujuh, dari segi karakter personality, bahkan Ahok sendiri pun “mengakui” bahwa Anies Baswedan dan juga Sandiaga Uno jauh lebih santun daripada dirinya. Untung ada Pak Djarot, yang mampu dan akhirnya disibukkan pekerjaan tambahan: memberikan sentuhan kesantunan kepada Ahok.
Kedelapan: ada satu poin yang belum banyak digarap oleh para pengamat, peneliti, netizen dan blogger, yakni kekuatan dan daya pikat figur Sandiaga Uno: kesantunan; tampil bersahaja meskipun amat kaya di usia yang sangat muda; kuluman senyum yang susul-menyusul di wajahnya; selalu merawat perilaku tawadhu’ di setiap moment; tutur katanya yang meskipun masih kurang bobot politiknya, namun sangat runut dan sistematis; ganteng pula dengan fostur tubuh ideal atletis;
Pendek kalimat, Sandiaga Uno mewakili obsesi generasi muda Muslim pribumi Indonesia yang sukses di bidang ekonomi di usia yang relatif masih sangat muda. Daya pikat ini juga biasanya menjadi magnet yang meluluhkan hati pemilih wanita di DKI – yang tua, muda ataupun yang sudah janda – untuk memilih Paslon Anies-Sandi di putaran kedua pilgub DKI. He he he.
Mengacu pada argumen-argumen itulah, saya mengambil kesimpulan sementara bahwa Ahok-Djarot akan terpaksa dan dipaksa gigit jari pada Putaran Kedua. Dan cuma kecurangan sistematis yang mampu menghadang gerak laju Paslon Anies-Sandi. Bila kubu Ahok-Djarot tidak mengantisipasinya dengan cermat, maka kemungkinannya yang paling mungkin adalah: pertarungan sudah akan segera berakhir bahkan sebelum dimulai.
Syarifuddin Abdullah | 16 Februari 2017 / 20 Jumadil-ula 1438H.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H