Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Beragam Gaya dan Mode Merayakan Pergantian Tahun

29 Desember 2016   14:24 Diperbarui: 29 Desember 2016   15:20 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Secara kebetulan, pernah pulang dari kunjungan kerja di luar negeri, jadwal penerbangan saya tepat pada malam tahun baru transit di Dubai. Peluang langka, dan menyempatkan diri merayakan pergantian tahun di Menara Al-Khalifah Dubai, Uni Arab Emirates, sambil menikmati pesta air mancur yang menari-nari di pelataran Menara Al-Khalifah, lalu di lantai dengan ketinggian lebih dari 500 meter di atas permukaan laut. Wow, pesta kembang apinya luar biasa – konon kembang api Dubai adalah salah satu yang termahal dan termegah di dunia, semahal dan setara dengan pesta kembang api di London, Shang-Hai, Hongkong, Tokyo, New York, Sydney dan kota-kota besar dunia lainnya.

Ada masanya saya merayakan pergantian tahun dengan semalam suntuk berdoa dan berzikir, kadang dengan keluarga di rumah atau bersama tetangga dan teman-teman. Tapi belakangan saya merasa agak aneh. Sebab mestinya zikir dan doa itu tak pandang waktu dan tempat. Dan pergantian tahun baru Masehi samasekali tidak memiliki rujukan sebagai waktu mustajab.

Sekali dua kali saya juga pernah merayakan pergantian tahun baru sambil memberikan ceramah di komunitas pengajian, bergantian bersama ustadz-ustadz lain, dengan fokus tema tentang bagaimana mengasah ketajaman rasa dan ansitipasi dalam menyambut tahun berikutnya, sebagai manusia biasa, sebagai Muslim, sebagai orangtua atau anak, sebagai pekerja dan seterusnya.

Tapi, mungkin karena faktor usia, sudah dua-tiga-empat tahun terakhir, saya menjalani – dan tidak lagi pantas disebut “merayakan” – pergantian tahun baru dengan gaya dan mode amat konvensional: berdiam di rumah menonton berbagai program televisi, sambil sarungan dan mengontrol anak-anak bermain di lingkungan rumah. Kalau di depan televisi, saya bisa menghadiri beberapa titik pusat perayaan pergantian tahun sekaligus di seluruh dunia, berdiri dan duduk paling depan, di depan layar televisi. He he he.

Kesimpulannya, malam pergantian tahun baru buat saya tidak lagi terasa wah. Rasa dan sentuhannya tidak lagi menggoda dan tidak lagi beda dengan pergantian malam-malam lainnya. Saya merasakan pergantian tahun dari 31 Desember beralih ke tanggal 1 Januari persis sama pergantian dari 28 menjadi 29 Desember dan perubahan tanggal lainya.

Namun, dari sekian ragam dan mode merayakan pergantian tahun yang pernah saya lewati, hanya satu item yang kayaknya tidak pernah berubah sedikitpun: jajan dan makan besar di malam tahun baru, begadang sampai sekitar jam 03.00 dinihari sambil mengisap kretek dan menyeruput kopi. Saya pun memang tidak pernah meyakini mitos tertentu tentang pergantian tahun.

Dan yang menarik, setiap kali ikut meramaikan perayaan apapun, termasuk perayaan pergantian tahun Masehi, saya selalu teringat bait syair Imam Syafi’i:

(يَا عِيْدُ بِأَيِّ أَمْرٍ عُدْتَ يَا عِيْدُ # بِمَا مَضَي أَمْ بِأَمْرٍ فِيْكَ تَجْدِيْدُ)

“Wahai hari besar, dengan apa engkau datang kali ini # Apakah masih seperti tahun-tahun sebelumnya, atau engkau datang dengan sesuatu yang baru.

Syarifuddin Abdullah | Kamis, 29 Desember 2016 / 30 Rabiul Awal 1438H

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun