Kelima, karena pendemo katanya mau berjihad. Wajar saja. Selama ini pun, setiap aksi FPI itu diposisikan sebagai jihad. Tidak ada yang baru, bung.
Keenam, mengepung Istana. Aksi mengepung istana sudah sering terjadi, Bung. Aksi mahasiswa, terutama dari kelompok yang berhaluan kekiri-kirian lebih pantas diwaspadai. Tapi sejak Jokowi naik tahta, tidak ada lagi tuh aksi mahasiswa yang kekiri-kirian. Sebab sebagian aktivisnya sudah masuk ke lini sistem (staf ahli, komisaris, pejabat, anggota DPR dan DPRD dan sebagainya).
Ketujuh, tentu dimungkinkan saja ada tokoh nasional yang berada dibalik aksi 4 Nop 2016. Tapi kalau ditilik dari segi momentumnya, semuanya gak pas: Pemilu 2019 masih jauh. Rezim Jokowi tidak melakukan kebijakan yang bisa diproses melalui impeachment. Kecuali kalau tokoh nasional dibalik aksi 4 Nop adalah politisi amatiran.
Kalau ada pihak yang mengaitkan aksi 4 Nop 2016 dengan aksi 1998, yah ngawur namanya. Tidak ada sama sekali kemiripan momentum dan kasusnya.
Kesimpulannya, menghadapi Aksi 4 Nop, biasa ajalah! Kenapa kita mau digiring dan seolah tunduk lalu membiarkan Habib Rizieq, dengan segala hormat, memanfaatkan kekhawatiran kita yang berlebihan.
Syarifuddin Abdullah | Ahad, 30 Oktober 2016 / 29 Muharram 1438H
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI