Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Konflik Suriah: Lakon yang Dimainkan Sebelas Aktor Utama

30 September 2016   10:55 Diperbarui: 30 September 2016   12:12 707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika diibaratkan penulisan skenario sebuah lakon, konflik Suriah yang berlangsung sejak 2011 hingga saat ini, adalah pertunjukan yang diperankan 11 aktor utama. Masing-masing telah memilih dan menentukan sikapnya terhadap proses dan dinamika pertunjukan. Masing-masing aktor kadang melakukan improvisasi di panggung. Namun rumusan tentang bagaimana dan seperti apa ending lakon itu belum disepakati.

Panggung pertunjukannya adalah peta wilayah Suriah. Sesekali merembet ke bagian selatan Turki dan bagian utara Irak.

Masing-masing dari 11 aktor utama itu, kadang memaksakan diri untuk menjadi sutradara, dan terus berargumentasi tentang sikapnya masing-masing. Berikut adalah gambaran argumentasi masing-masing untuk memberikan alasan pembenar terhadap sikap dan tindakannya, ketika semuanya (diasumsikan) bertemu dalam satu meja perundingan.

1. Bashar Assad:

Suka tidak suka, sebelum tahun 2011, aku adalah penguasa resmi dan legimated untuk seluruh wilayah Suriah. Kalian semua adalah pendatang. Bahasa kasarnya, kalian melakukan intervensi ke negara saya. Sesuatu yang semestinya tidak dilakukan berdasarkan hukum internasional. Memang saya akhirnya memilih Rusia dan Iran serta milisi Hizbullah Lebanon untuk membantu saya, dan itu ada alasannya.

Bagi saya, semua faksi oposisi adalah kelompok teroris, yang halal dihabisi dengan menggunakan segala cara. Bukankah itu yang dilakukan George Walker Bush ketika menggempur Irak dan Afghanistan. Jadi kalian jangan ceramahi aku tentang kebengisan.

Yang aku lakukan terhadap oposisi di Suriah, serupa dengan yang dilakukan oleh Recep Tayyip Erdogan ketika memerangi PKK, kelompok pemberontak Kurdi di bagian timur Turki. Itu juga yang dilakukan Raja Abdullah yang dilanjutkan oleh Raja Salman ketika jet-jet tempur dan rudal Saudi menggempur pemukiman warga sipil di Yaman.

Kalian ini aneh, saya dicemooh karena bekerja sama dengan Rusia dan Iran. Padahal kalian tahu bahwa Saudi Arabia juga mendukung dana dan persenjataan beberapa kelompok dan milisi oposisi. Hal yang sama dilakukan oleh Turki. Amerika juga melatih sebagian milisi oposisi di Suriah.

2. Vladimir Putin:

Konflik Suriah adalah showtime bagi Rusia. Tapi pertama saya ingin menegaskan dan berharap semua pihak menyadarinya bahwa apapun penilaian kalian, Rusia adalah negara besar yang memiliki semua syarat untuk berperan sebagai negara Super Power: Rusia memiliki teknologi, sistem persenjataan di tiga matra darat-udara-laut, senjata nuklir dan kimia, armada laut dan sumber daya.

Karena itu, ketika Bashar Assad membuka pintu bagi Rusia untuk berperan aktif dan secara penuh di Suriah, saya menyambutnya sebagai peluang yang tak boleh disia-siakan.

Dan sikap Rusia di Suriah jelas: Mendukung dan mempertahankan rezim Bashar Assad dan memposisikan semua kelompok oposisi sebagai kelompok teror, tidak peduli mau sekuler, kelompok Islam, ataupun etnis. Semuanya teroris, yang halal dihabisi dengan segala cara. Jelas, ya?

Tentu kami menyadari dan tidak perlu berbenturan langsung dengan pasukan Amerika di medan tempur. Tapi kalau terpaksa, kami sudah siap. Ketika saya mencaplok Semenanjung Crimea di Ukraina pada tahun 2014, Uni Eropa dan Amerika hanya bisa gigit jari, kok.

Percaya deh, kalau saya “mencaplok” Suriah (melalui restu Bashar Assad) seperti yang saya lakukan di Crimea, memang ada kekuatan global yang mau melawan?

Karena itu, setiap alternatif solusi terkait masa depan Suriah, tanpa melibatkan Rusia, itu absurd. Gak paham peta kekuatan politik regional dan global. Kalian tidak memahami apa yang bisa dan mampu dilakukan Rusia di Suriah.

Lagi pula, kerjasama Rusia dan Suriah sudah lama berjalan. Kami punya pangkalan laut di Suriah, untuk mengakses Mideterrania. Saat ini kami telah memasang sistem pertahanan udara di Suriah. Ribuan pasukan darat Rusia bertempur di Suriah. Singkat kata, penguasa Suriah saat ini adalah Rusia, eh saya: Vladimir Putin.

Ketika Rusia menggempur sebuah konvoi bantuan kemanusiaan yang dikoordinir oleh PBB menjelang berakhirnya genjatan senjata pada 19 September 2016, terus kami diprotes. Buat saya ini, aneh. Kalian kan pura-pura tidak tahu bahwa sebagian relawan kemanusiaan itu adalah perwira intelijen dari Amerika, Uni Eropa, Turki dan beberapa negara Arab. Makanya foto-foto korbannya tidak pernah dipublikasikan.

3. Barack Obama:

Tujuan Amerika di Suriah adalah membendung agar ISIS atau IS atau kelompok teror lainnya tidak mampu mengambil alih kekuasaan di Suriah. Ini harga mati. Semua itu bagian dari agenda War on Terror.

Tapi, saya sudah memutuskan untuk tidak mengirim pasukan darat Amerika dalam jumlah besar ke Suriah ataupun Irak. Risikonya terlalu tinggi. Amerika punya pengalaman pahit di Irak sejak 2003 sampai 2011.

Saya dan Vladimir Putin telah sepakat agar pasukan Amerika dan Rusia tidak bentrok secara langsung di medan tempur. Itulah sebabnya, pasukan Amerika lebih fokus di Irak, dan Rusia fokus di Suriah. Sesekali Amerika memang mengirim drone untuk menggempur milisi Jabhat Nusrah di Aleppo dan ISIS di wilayah Raqqah dan sekitarnya.

Kami mendukung dan melatih beberapa kelompok oposisi di Suriah, yang kami nilai moderat, memberikan bantuan berupa persenjataan ringan dan pelatihan ataupun pendanaan. Lagian sebentar lagi aku akan turun tahta. Lakon Suriah akan dilanjutkan pengganti saya: Hillary Clinton atau Donald Trump.

4. Ayatullah Khamenei:

Pertama saya ingin menegaskan bahwa suka tidak suka, Iran adalah kekuatan regional yang tidak boleh dipandang sebelah mata. Kami punya kekuatan, dana dan pengaruh di hampir semua negara-negara Arab. Di Lebanon kami punya Hizbullah, Al-Houti di Yaman, beberapa kelompok komunitas Syiah sedang dibangun di Bahrain, Kuwait bahkan di Saudi.

Dan secara ideologis, kami memposisikan Bashar Assad sebagai bagian dari Syiah (kalau ada perbedaan paham, biasalah itu).

Jadi keliru kalau kami diminta diam. Kami mengirim anasir Garda Revolusi Iran ke Suriah, dan bertempur bahu membahu dengan pasukan reguler Suriah dan milisi Hizbullah, melawan siapapan yang berniat menjatuhkan rezim Bashar Assad.

Oleh karena Vladimir Putin juga mendukung Rezim Bashar Assad, wajar sajalah kalau Iran berkoordinasi dengan Rusia untuk melindungi dan mempertahankan Rezim Bashar Assad. Justru keliru kalau Iran tidak bekerja sama dengan Rusia.

Kalian kan tahu sendiri, Iran berkoordinasi dengan Rusia dalam konflik Suriah. Tapi coba perhatikan sikap Iran di Irak. Kami berkoordinasi dengan Amerika untuk menggempur ISIS terutama untuk merebut kembali kota Mosul, yang masih dikuasai ISIS.

5. Recep Tayyip Erdogan:

Bagi Turki, kebijakan Turki terhadap Suriah mengacu pada strategi dua kaki yaitu (a) menjatuhkan Bashar Assad adalah harga mati. Penguasa yang membunuh dan menelantarkan rakyatnya sendiri, secara etis dan hukum, tidak layak lagi menjadi pemimpin. Itulah sebabnya Turki menfasilitasi kelompok oposisi sekuler Suriah untuk bermarkas di Istanbul; (b) Apapun solusi yang akhirnya disepakati di Suriah, tidak boleh memberi ruang kepada faksi Kurdi untuk memiliki basis yang kuat di wilayah Suriah. Sebab secara jangka panjang, itu akan mengancam keamanan nasional Turki.

Itulah sebabnya, ketika muncul tanda-tanda bahwa Peshmerga akan mendominasi wilayah bagian utara sebelah timur Suriah, pasukan Turki langsung dikerahkan.

Karena itu, setiap kebijakan dan kegiatan yang bertentangan dengan dua strategi Turki tersebut, akan kami lawan. Atau paling tidak, tidak akan mendukungnya.

6. Raja Salman dari Saudi:

Kami mendukung beberapa kelompok oposisi Suriah bertujuan memelihara peran regional Saudi di kawasan regional Timur Tengah. Selain itu, prinsip kebijakan strategis Saudi di semua pentas konflik di kawasan Timur Tengah: kalau di situ Iran bermain, maka Saudi akan ikut bermain.

Yang kami lakukan di Suriah dengan mendukung beberapa kelompok Sunni adalah melawan pengaruh dan penetrasi Iran dan Syiahnya. Itu juga dilakukan oleh Saudi dalam konflik di Yaman dan juga di Irak.

Tapi Saudi tidak memiliki sumber daya personil untuk dikirim bertempur di Suriah. Lagian saat ini, militer Saudi sedang bertempur di Yaman, untuk membendung kelompok Al-Houti, yang disupport oleh Iran.

7. Oposisi Sekuler:

Dengan pahit harus diakui bahwa kami tak lebih dari boneka-boneka politik. Kami beras dari latar belakang ideologi yang berbeda-beda: liberal, sosialis, komunis, ilmuwan, akademis. Kami berkantor di Istanbul.

Kami memposisikan diri sebagai alternatif untuk periode paska Bashar Assad. Karena kami lebih sekuler, tentu Amerika dan Uni Eropa pada akhirnya akan mendukung kami. Begitu juga semua kekuatan regional juga akan mendukung kami untuk mewakili Suriah.

Persoalannya, saat ini, kami tidak punya rantai komando dengan sebagian besar kombatan oposisi yang bertempur di Suriah. Makanya kami sering tidak dilibatkan dalam pertemuan-pertemuan rahasia yang membicarakan masa depan Suriah.

8. Kelompok Islam Sunni Moderat:

Kami terdiri dari beberapa kelompok, salah satunya adalah Harakah Ahrar Sham. Kami hanya kelompok yang mencoba mengimbangi kelompok Islam yang dikategorikan kelompok teror (ISIS dan JN). Kami punya kombatan, tapi tidak punya banyak sumber daya. Karena itulah kami meminta bantuan kepada negara Arab, seperti Saudi dan beberapa negara Teluk.

Tujuan kami antara lain mencegah kelompok Syiah berkuasa di Suriah. Karena itu, Bashar Assad harus disingkirkan dulu. Prioritas kami di medan tempur adalah memerangi milisi-milisi Syiah, terutama diwakili milisi Hizbullah dari Lebanon.

9. Muhammad Al-Jaulani dari Jabhat Nusrah:

JN adalah organisasi baru. Saya awalnya adalah combatan ISIS yang dikirim oleh Abu Bakar Al-Baghdadi untuk mengkoordinasikan perlawanan kelompok Islam di Suriah. Belakangan saya membentuk organisasi sendiri dan dinamai Jabhat Nusrah (JN).

Dari segi tujuan dan cita-cita, JN tak beda dengan ISIS: mendirikan sebuah negara yang mempraktekkan sistem khilafah, dengan penegakan Syariat Islam secara penuh dan menyeluruh. Perbedaannya, secara ideologi perjuangan, kami berafeliasi kepada Al-Qaeda. Itulah sebabnya, di medan tempur, terkadang kombatan JN bertempur melawan kombatan ISIS dan Harakah Ahrar Sham. Kalian bingung, kan?

10. Kelompok ISIS:

Semua kelompok selain kami adalah musuh, yang halal darahnya. Rezim Bashar Assad, Amerika, Rusia, Turki, Saudi, Iran adalah musuh. Kami hanya loyal dan patuh kepada Abu Bakar Al-Baghdadi. Tidak aneh, kombatan ISIS kadang bertempur dengan kombatan JN dan Harakah Ahrar Sham. Kalian bingung, kan?

Cita-cita kami mendirikan sebuah negara yang mempraktekkan sistem khilafah, dengan penegakan Syariat Islam secara penuh dan menyeluruh. Kami tak peduli bila kalian menuding kami sebagai kelompok teror, yang mengusung ideologi kebengisan.

Dan kami telah menguasai Raqqa di Suriah selama hampir dua tahun, dan kami akan mempertahankannya sampai prajurit terakhir. Maka bersiaplah untuk menerima kemungkinan aksi bom bunuh diri. Boleh jadi, bila sudah terjepit, kami akan menggunakan senjata kimia yang kami miliki.

11. Kelompok Kurdi Suriah:

Tujuan kami cuma satu: pengakuan terhadap eksistensi warga Kurdi di Suriah. Karena itu, prinsip kami, siapapun yang mendukung tujuan kami, akan kami terima, dari manapun sumbernya. Kami sudah membuktikan kapabilitas kami di medan pertempuran darat ketika pasukan Peshmerga berhasil merebut Kota Kobani dan Hasakah di Suriah.

Dan kalau mau jujur, satu-satunya pasukan darat dari kelompok oposisi Suriah yang siap melawan kelompok ISIS dan JN adalah kombatan Peshmerga. Jadi kami jangan dianggap entenglah!

Ending lakon belum dirumuskan

Bila coba ditarik hubungan yang mengaitkan ke-11 aktor utama dalam konflik Suriah di atas, hanya ada satu simpul benang merahnya: mari angkat senjata, membunuh yang kami anggap musuh dan untuk sementara, lupakan alternatif solusi politik.

Situasi itu masih akan berlangsung sampai batas waktu yang belum disepakati. Mungkin diperlukan waktu sampai akhirnya ke-11 aktor tersebut mencapai titik jenuh untuk saling membunuh, atau ketika tidak ada lagi yang bisa dibunuh, karena sebagian besar sudah tewas, dan yang tersisa hanya beberapa orang saja.

Syarifuddin Abdullah | Jumat, 30 September 2016 / 28 Dzulhijjah 1437H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun