Dan sikap Rusia di Suriah jelas: Mendukung dan mempertahankan rezim Bashar Assad dan memposisikan semua kelompok oposisi sebagai kelompok teror, tidak peduli mau sekuler, kelompok Islam, ataupun etnis. Semuanya teroris, yang halal dihabisi dengan segala cara. Jelas, ya?
Tentu kami menyadari dan tidak perlu berbenturan langsung dengan pasukan Amerika di medan tempur. Tapi kalau terpaksa, kami sudah siap. Ketika saya mencaplok Semenanjung Crimea di Ukraina pada tahun 2014, Uni Eropa dan Amerika hanya bisa gigit jari, kok.
Percaya deh, kalau saya “mencaplok” Suriah (melalui restu Bashar Assad) seperti yang saya lakukan di Crimea, memang ada kekuatan global yang mau melawan?
Karena itu, setiap alternatif solusi terkait masa depan Suriah, tanpa melibatkan Rusia, itu absurd. Gak paham peta kekuatan politik regional dan global. Kalian tidak memahami apa yang bisa dan mampu dilakukan Rusia di Suriah.
Lagi pula, kerjasama Rusia dan Suriah sudah lama berjalan. Kami punya pangkalan laut di Suriah, untuk mengakses Mideterrania. Saat ini kami telah memasang sistem pertahanan udara di Suriah. Ribuan pasukan darat Rusia bertempur di Suriah. Singkat kata, penguasa Suriah saat ini adalah Rusia, eh saya: Vladimir Putin.
Ketika Rusia menggempur sebuah konvoi bantuan kemanusiaan yang dikoordinir oleh PBB menjelang berakhirnya genjatan senjata pada 19 September 2016, terus kami diprotes. Buat saya ini, aneh. Kalian kan pura-pura tidak tahu bahwa sebagian relawan kemanusiaan itu adalah perwira intelijen dari Amerika, Uni Eropa, Turki dan beberapa negara Arab. Makanya foto-foto korbannya tidak pernah dipublikasikan.
3. Barack Obama:
Tujuan Amerika di Suriah adalah membendung agar ISIS atau IS atau kelompok teror lainnya tidak mampu mengambil alih kekuasaan di Suriah. Ini harga mati. Semua itu bagian dari agenda War on Terror.
Tapi, saya sudah memutuskan untuk tidak mengirim pasukan darat Amerika dalam jumlah besar ke Suriah ataupun Irak. Risikonya terlalu tinggi. Amerika punya pengalaman pahit di Irak sejak 2003 sampai 2011.
Saya dan Vladimir Putin telah sepakat agar pasukan Amerika dan Rusia tidak bentrok secara langsung di medan tempur. Itulah sebabnya, pasukan Amerika lebih fokus di Irak, dan Rusia fokus di Suriah. Sesekali Amerika memang mengirim drone untuk menggempur milisi Jabhat Nusrah di Aleppo dan ISIS di wilayah Raqqah dan sekitarnya.
Kami mendukung dan melatih beberapa kelompok oposisi di Suriah, yang kami nilai moderat, memberikan bantuan berupa persenjataan ringan dan pelatihan ataupun pendanaan. Lagian sebentar lagi aku akan turun tahta. Lakon Suriah akan dilanjutkan pengganti saya: Hillary Clinton atau Donald Trump.