Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bashar Assad, Sang Manager Konflik yang Handal

8 September 2016   09:59 Diperbarui: 8 September 2016   10:45 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bashar Assad. Sumber foto: https://www.theguardian.com/ (Sana Handout/EPA)

Karena itu, kalau menonton siaran televisi satelit Suriah, akan terlihat kehidupan di Kota Damaskus sangat normal: banyak orang duduk santai di taman-taman kota, pasar-pasar tradisional dan pusat perbelanjaan beroperasi secara normal, tranportasi umum bekerja seperti biasanya. Tentu aparat keamanan terlihat juga di semua titik.

“Kondisi normal” di Damaskus tersebut berbanding terbalik dengan yang terjadi di kota-kota utama Suriah lainnya: Aleppo, Hama, Hums, Raqqah dan kota lainnya yang telah hancur menjadi puing yang berkeping-keping.

Kelima, memainkan kelemahan kelompok oposisi

Terdapat dua kelemahan utama kelompok oposisi Suriah, yaitu tidak memiliki koordinasi antara tokoh oposisi yang berbasis di Istanbul dan pasukan oposisi yang bertempur di lapangan. Selain itu, karena berasal dari latar belakang ideologis yang berbeda-beda secara tajam, sulit dibayangkan kelompok oposisi Suriah akan bersatu.

Malah diperkirakan, persiteruan paska jatuhnya Bashar Assad, justru akan lebih tajam,  karena semua fraksi oposisi akan menempatkan diri sebagai pihak yang paling berhak mewarisi kekuasaan di Suriah.

Terkait polarisasi tajam kelompok oposisi ini, Bashar Assad kira-kira mengatakan begini: “pilih mana, saya atau oposisi”. Dan sejauh ini memang belum ditemukan tokoh yang diasumsikan bisa menjadi faktor pemersatu paska jatuhnya Bashar Assad.

Sang Manager Konflik yang Handal

Maka sekali lagi, meskipun kawan dan musuh akhirnya harus mengakui bahwa Bashar Assad adalah seorang manager konflik unggulan, tapi semua itu harus dibayar mahal dengan membiarkan wilayah Suriah menjadi seperti bancakan, memproduksi ratusan ribu janda dan anak yatim, jutaan rakyat mengungsi, kota-kota tua rata dengan tanah, nyaris tak ada lagi gedung yang berdiri utuh, dan satu generasi Suriah yang mencatat buku hariannya dengan tinta darah.

Syarifuddin Abdullah | Kamis, 08 September 2016 / 06 Dzul Hijjah 1437H

Sumber foto: https://www.theguardian.com/ (Sana Handout/EPA)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun