Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Surat Terbuka Kepada Mbak Sri: Tuntaskan Remunerasi!

5 September 2016   11:51 Diperbarui: 5 September 2016   12:11 1429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://www.worldbank.org/en/about/people/sri-mulyani-indrawati

Saya sendiri tidak terlalu paham soal mekanisme penganggaran dan perhitungan moneter, tapi ilustrasi sederhana berikut mungkin bisa menjelaskan manfaat signifikan remunerasi:

Seorang PNS Golongan III/a sebelum remunerasi, take home pay-nya (gabungan gaji, insentif dan sesekali tambahan operasional berupa SPPD dan sejenisnya) rata-rata sekitar Rp 5.000.000 (lima juta) per bulan. Namun kalau PNS itu bekerja di Kementerian yang remunerasinya 100 persen, take home pay-nya bisa mencapai sekitar Rp 15.000.000 (lima belas juta) per bulan.

Dengan asumsi total aparatur negara lebih dari 5 juta orang (PNS sekitar 4,5 juta orang, plus TNI dan Polri) mendapatkan Remunerasi seratus persen secara simultan, berarti terdapat sekitar lima juta orang mengalami lonjakan penghasilan sekitar 200 persen. Kebijakan loncatan penghasilan secara signifikan seperti ini, selama periode tertentu, belum pernah dilakukan oleh Menkeu sebelumnya.

Bahasa kerennya, Remunerasi adalah kebijakan radikal dengan lompatan signifikan untuk meningkatkan jumlah “kelas menengah Indonesia”, yang selanjutnya diharapkan menciptakan gelombang efek domino secara massif selama periode yang relatif singkat.

Kalau diasumsikan 5 juta orang kelas menengah itu ditempatkan di satu provinsi di Indonesia, bisa dibayangkan belanja harian mereka akan memompa dinamika ekonomi yang luar biasa di provinsi tersebut: ratusan ribu pedagang menjadi sukses karena laris dagangannya.

Karena itu, sejak 2007, setiap kali saya membaca atau mendengar nama Mbak Sri, asosiasi yang langsung menancap di benak saya adalah remunerasi.

Sekedar mengingatkan, ketika mencalonkan diri sebagai Capres 2014, pada titik di mana pasangan Jokowi-JK mengalami set-backkarena black campaign pasangan pesaing, tiba-tiba Jokowi tampil di layar kaca bersama cawapresnya (JK) untuk menjelaskan program unggulannya, yang antara lain mempertegas bahwa salah satu programnya adalah “menuntaskan program remunerasi”.

Saya tertarik dengan kata “menuntaskan” itu, dan menurut pemahaman saya – sebagai rakyat pemilih – maksud kata “menuntaskan” adalah menjadikan program remunerasi 100 persen di semua kementerian.

Persoalan krusial saat ini: sebagian kecil kementerian menerima remunerasi 100 persen, dan sebagian besarnya, remunerasinya masih berada di kisaran 40 sampai 70 persen. Ini sungguh merupakan kezaliman birokrasi yang amat diskriminatif, dan tidak boleh dibiarkan.

Karena itu, hanya ada dua pilihan, Mbak Sri: tuntaskan program remunerasi dengan menjadikan 100 persen di semua kementerian atau remunerasi dihapus saja sekalian.

Syarifuddin Abdullah | Senin, 05 September 2016 / 03 Dzul Hijjah 1437H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun