Khusus Pulau Salingsingang, warganya umumnya berasal dari Rangas Majene. Sementara pulau-pulau lainnya umumnya berasal dari Desa Tu'bo, Majene. Menurut keterangan para tetua pulau, penduduk pulau sekarang ini sudah merupakan generasi ketiga dan/atau keempat. Dan sejak dulu, Pulau Ambo’ memang dijadikan pangkalan oleh para nelayan Mandar.
Sebagian besar kebutuhan harian warga Pulau Ambo’ dipasok dari Mamuju dan/atau Balikpapan. Khusus Pulau Salissingang dan Sabakkatang, kebutuhan hidup lebih banyak dipasok dari Balikpapan karena jarak dan waktu tempuhnya lebih dekat ke Kalimantan.
Pulau Salissingang, adalah pulau terluar dari pantai Mamuju. Karena itu, dari Salissingang ke Balikpapan dengan perahu motor dapat ditempuh selama sekitar 8 jam.
Polarisasi nelayan di Pulau Ambo
Nelayan pembom dominan di lima pulau: Ambo, Seloang, Saboyang, Sabakkatang dan Tappilagang, yang menggunakan perahu berkapasitas 2 s/d 3 ton. ABK berjumlah sekitar 5 s/d 7 orang. Pulau-pulau yang didominasi pembom, umumnya tidak menerima pekerja pendatang dari suku Makassar dan suku Bajo.
Sementara nelayan pembius dominan di Pulau Salingsingan, Popoongan dan Samataha. Nelayan pembius menggunakan bahan fotasium (warga menyebutnya fotas saja). Untuk mengenali perahu nelayan pembius, ciri-cirinya adalah membawa kompressor. Pekerja pendatang di pulau yang didominasi oleh nelayan pembius umumnya dari suku Makassar dan Suku Bajo (yang berasal dari daerah Luwuk Banggai, Sulteng).
Pulau Tappilagang: base-campnelayan pembom
Pulau Tappilagang yang (saat itu) tidak berpenghuni, dijadikan sebagai base-camp oleh nelayan pembom, baik yang berasal dari pulau-pulau kecil di sekitarnya, atau pun nelayan yang datang langsung dari Mamuju atau Balikpapan. Mereka mendirikan kemah untuk istirahat di pulau tersebut, mungkin menginap beberapa hari. Pulau ini memang relatif terisoloasi ke utara dari gugus pulau Ambo'. Karena pertimbangan keamanan, saya tidak berani masuk ke pulau Tappilagang.
“Pasar ikan lepas pantai”
Dan ada pemandangan yang menarik. Di setiap pulau, pada jarak sekitar 200 meter dari bibir pantai pulau, akan terlihat sebuah kapal dengan kapasitas sekitar 25 ton, membuang jangkar, berlabuh dan menginap dua tiga malam. Dan umumnya kapal itu berasal dari Balikpapan.
Saya bertanya kepada seorang warga, itu kapal apa? Ternyata itu kapal pembeli ikan. Jadi para nelayan berangkat dari pulaunya masing-masing di pagi hari untuk menangkap ikan. Menjelang sore, para nelayan kembali ke pulau. Ikan hasil hasil tangkapannya tidak dibawa ke pulau, tapi langsung dijual ke kapal yang berlabuh tadi, dan dibeli dengan cash. Jadi nelayan merapat ke pulaunya sudah membawa duit, hasil jualan ikan tangkapannya.