Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perokok Jangan Dilarang dengan Logika

22 Agustus 2016   19:49 Diperbarui: 22 Agustus 2016   21:44 705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kalau ingin efektif, persempit ruang sekecil mungkin tempat yang boleh merokok. Tetapkan tempat-tempat yang dilarang merokok (ini sudah dilakukan). Yang belum dilakukan adalah tegakkan peraturan itu secara ketat dan tidak pandang bulu. Dan perokok akan terpaksa menurut, yakin deh. Buktinya banyak yang bisa dibeberkan di sisni.

Pertama, saat ini hampir semua penerbangan memberlakukan no smoking flight, dan aturan itu diberlakukan dengan harga mati, tanpa pandang bulu. Maka pecandu rokok yang paling ganas sekalipun, ora wani merokok selama menumpang pesawat. Anda bisa membayangkan penerbangan Jakarta-Dubai sekitar 8 jam, Singapura-Istanbul sekitar 11 jam. Dan tidak ada perokok berat, pencandu ganas sekalipun, yang berani mengisap rokok di pesawat pada dua rute penerbangan itu.

Kedua, saat ini, di Kereta Api yang beroperasi di Pulau Jawa, larangan merokok di atas kereta telah diberlakukan secara ketat, dan tidak pandang bulu juga. Dan sejak peraturan itu dilaksanakan, setahu saya, tidak ada penumpang kereta yang berani merokok di kereta api.

Karena itu, kalau sesekali naik kereta api dari Jakarta ke Semarang, misalnya, akan terlihat para penumpang perokok akan menunggu kereta berhenti (menurunkan-menaikkan penumpang) di stasiun Cirebon, Tegal, Pekalongan. Begitu kereta berhenti, para penumpang perokok akan memanfaatkan waktu berhenti kereta yang sekitar 5 menit: bergegas turun dari kereta, menyalakan rokoknya tidak jauh dari pintu kereta, sebelum akhirnya terdengar pengumuman kereta api akan segera berangkat lagi, dan para perokok itu berlomba naik lagi ke kereta, sebelum bisa menghabiskan sebatang rokok.

Ketiga, kecuali di tempat-tempat khusus smooking area, di seluruh ruang indoor bandara, larangan merokok itu ditegakkan secara harga mati, tidak pandang bulu. Dan tidak ada perokok yang berani melanggar aturan itu di bandara. Saya pernah sekali di Bandara Darwin Australia, di mana tidak ada smoking area. Dan tidak ada orang yang berani melanggarnya. Perokok harus mencari tempat jauh di parkiran kalau ingin merokok.

Maka sekali lagi, mengimbau perokok agar tidak lagi merokok, melalui kebijakan menaikkan harga rokok, percaya deh, gak bakal ngefek, nggak bakal nendang, Bung.  Tapi kalau ingin tetap memberlakukannya, dan ingin membuktikan tidak ngefeknya, silahkan saja.

Syarifuddin Abdullah | Senin, 22 Agustus 2016 / 19 Dzul Qa’dah 1437H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun