Terminal Cicaheum yang berada di ujung timur kota Bandung tampak ramai, betapa tidak, bus-bus dari luar kota yang menuju Bandung berhenti di terminal ini. Pun bus-bus dalam kota dan angkot menumpuk di terminal Cicaheum.
"Itu dia bus kota jurusan Cicaheum - Cibereum yang aku tunggu-tunggu tiba!", kataku dalam hati. Tampaklah bis kota berwarna biru bergerak mendekat, kemudian berhenti. Ingin rasanya aku segera menaiki bis kota yang tampak masih mulus dan baru itu! Tapi Ups.....saya harus bersabar menunggu penumpang satu-persatu turun melalui pintu depan bis. Cukup lama saya harus menunggu sampai seluruh penumpang berhasil turun, barulah saya boleh naik ke dalam bus kota ini!
Ini bagian yang "ngeselin" dari bis kota Bandung. Akses keluar-masuknya cuma melalui pintu depan yang sempit. Banyak waktu terbuang, harus bergiliran antara penumpang yang turun dan penumpang yang naik. Desain yang benar adalah seperti bis kota terdahulu dengan "parallel processing", penumpang naik melalui pintu depan dan penumpang turun melalui pintu belakang. Sekarang, bis kota yang lama sudah tidak ada, entah dibuang kemana.. Sejak kang Ridwan Kamil menjabat walikota Bandung, seluruh bis kota yang telah usang diganti dengan yang baru.
Terlepas dari "kesalahan" tersebut, naik bis kota di Bandung sekarang sangat nyaman karena semua bis kota dilengkapi dengan AC. Selain itu, jalan-jalan di Kota Bandung sekarang mulus tidak ada lubangnya. Bagiku jalan yang mulus tak ada lubangnya sangat penting. Aku benci jalan berlubang karena punya pengalaman traumatis. Kejadiannya seperti ini: Ketika aku naik sepeda motor, tiba-tiba ada lubang didepanku, aku tidak sempat menghindar, sepeda motor jumping, terbang ke udara. Untung tidak terjadi kecelakaan, aku mendarat dengan selamat. Aku kaget sekali, jantungku berdebar-debar dengan keras!
Pemilihan walikota yang akan datang, aku pasti memilih kembali Kang Ridwan, tak mau beralih ke lain hati. Di era pemerintahan kang Ridwan jalan-jalan mulus. Tidak seperti walikota terdahulu yang mengabaikan perawatan jalan. Makanya aku heran dengan orang-orang Jakarta: "kenapa mereka mau memilih Gubernur Anies? Kalau aku jadi penduduk Jakarta aku akan pilih Ahok yang sudah terbukti kinerjanya baik" Aku melamun sambil duduk di kursi bis kota yang mulai merayap meninggalkan terminal Cihaheum menuju terminal Cibereum, ujung timur kota Bandung. Biasanya kalau perjalanan jauh, aku senang mengajak ngobrol penumpang yang duduk disebelahku, terutama kalau dia adalah seorang gadis cantik. Sayang yang duduk di sebelahku sekarang seorang nenek, aku malas berbincang-bincang dengan nenek-nenek, akhirnya aku terhanyut dalam lamunan.......
Bus kota Bandung adalah bantuan mentri perhubungan, jenis busnya persis sama dengan bus transJakarta, namun sayangnya di Bandung bus ini tidak dioperasikan seperti transJakarta, sehingga bus yang bagus banget ini tampak salah disain. Di bagian tengah bus ini sebenarnya terdapat pintu. Tapi di Kota Bandung pintu tengah dari bis tersebut selalu dikunci. Ambang pintu bis ini dibuat tinggi. Orang hanya bisa masuk melalui pintu tengah bila disediakan lantai yang sama tinggi dengan ambang pintu. Lantai halte bus transJakarata dibuat tinggi, dengan cara demikian penumpang dapat naik/turun kalau mereka ada di dalam halte bus. Dengan cara seperti ini kita bisa pergi ke tempat-tempat jauh menggunakan bus transJakarta hanya dengan membayar Rp. 3500 saja. Yup, sekalipun kita harus transit berkali-kali ganti jurusan bus cukup bayar sekali saja, yakni ketika masuk kedalam halte
Tata kelola bus tansJakarta menurut aku canggih banget, bayar pakai e-ticketing, tidak menggunakan uang tunai, jadi susah dikorupsi. Sangat praktis, cepat dan mudah., penumpang tinggal tap kartu elektronik di pintu masuk halte bis. Namun sensasi kecanggihan transJakarta tetap salah di mata gubernur Anies. Aku gak habis mengerti mengapa ia mengkritik sistim tranportasi publik di Jakarta yang katanya tidak merakyat, seharusnya dengan uang Rp.5000 kita bisa pergi kemana saja. Katanya kalau ia jadi Gubernur Jakarta hal tersebut akan terwujud. Sekarang pak Anies telah menjadi Gubernur. Mari kita tunggu apakah itu hanya gincu pemerah bibir atau ia benar-benar akan menepati janjinya. Dugaan ku ini cuma janji gombal supaya ia terpilih jadi gubernur. Sangat susah mewujudkan mimpi gubernur Anies, kecuali ia mampu menggusur angkutan umum yang sudah lama eksis seperti bus, mini bus Metromini, Microlet (semacam angkot) dan menggantikannya dengan transJakarata dalam waktu singkat. Mission Imposible!!
Tiba di rumah aku mendapat kejutan menerima amplop dengan kop surat pemda DKI.. Setelah aku baca, isi suratnya seperti ini:
Saya dengar pak Hartono seorang hobbyist electronic yang kreatif, karena itu dengan hormat saya meminta pak Hartono untuk membuat proposal sekaligus penawaran harga untuk mewujudkan Mission Imposible. "Kemanapun perginya bayar cuma Rp. 5000". Silahkan datang untuk presentasikan ide anda. Dari 10 orang yang kami undang, siapa yang mempunyai ide yang paling cemerlang dan penawaran yang paling murah akan memenangkan tender dan berhak menjadi pelaksana proyek ini
Hormat saya : Gubernur Anies.
Wow, ternyata aku salah duga, maaf banget, gubernur Anies! Tenyata beliau benar-benar akan mewujudkan janjinya! Dan cihuy! Bahkan aku diundang ikut tender. Bisa kaya mendadak nih aku kalau menang tender! Maka aku kerja keras 7 hari 7 malam buat proposal tender. Mudah-mudahan aku bisa menang tender dan kaya mendadak.
******************************
Tiba waktunya rapat peserta tender, masing-masing peserta tender memaparkan ide mereka di depan pejabat-pejabat pemda DKI, termasuk gubernur Anies hadir. Sayangnya aku mendapat giliran yang ke 10 alias giliran terakhir.
Fast Forward, stop, play dan.........akhirnya setelah mendengar ocehan 9 peserta yang membosankan kini giliran aku yang presentasi: "Ide saya sangat sederhana, yaitu dengan menggunaka E-KTP. Dalam setiap bus, metromini, microlet atau what ever akan saya pasang PEMBACA-E-KTP. Sebelum penumpang masuk kedalam kendaraan umum ia diharuskan menempelkan E-KTP pada PEMBACA-E-KTP istilahnya Tap in. Setelah sampai ke tujuan penumpang, sebelum turun dari kendaraan, penumpang kembali menempelkan E-KTP istilahnya Tap out. Rumusnya sangat sederhana: Setiap ganti kendaraaan tap in dan pada kendaraan terakhir dua kali tap yakni tap in ketika hendak naik dan tap out ketika hendak turun. Saya menggunakan E-KTP ini supaya murah, gak usah bikin E-ticket lagi!"
"Tapi bagaimana dengan pelajar yang gak punya E-KTP?". tanya seorang hadirin. "Gampang, nanti kita buatkan E-Ticket khusus untuk pelajar, murah kok gak mahal". E-KTP itu mahalnya selangit sebenarnya karena korupsinya terlalu besar, Jawab saya lugas.
"Setiap naik kendaraan, penumpang membayar dengan tap in. Dengan cara ini, deposit penumpang akan berkurang, sedang tabungan sopir kendaraan umum bertambah. Tap out berguna untuk dispensasi pembayaran. Misalnya dalam perjalanannya diperlukan dua kali ganti kendaraan. Meskipun dua kali ganti kendaraan dengan adanya tap out server transJakarta mengetahui bahwa si penumpang perlu 2 kali naik kendaraan jadi ia tetap bayar Rp 5000, atau setiap kendaraan ia cuma bayar Rp. 2500. Nantinya PEMBACA-E-KTP dilengkapi dengan penerima satelit GPS sehingga server transJakarta dapat melacak lokasi penumpang berangkat dan lokasi tujuan penumpang tersebut".
"Ini sistim yang bodoh banget, cuma cerita fiksi bagaimana nanti kalau ada penumpang yang 10 kali ganti kendaraan kemudian tap out, berarti dia boleh 10 kali ganti kendaraan dengan membayar cuma Rp. 5000. Atau bahkan 1000 kali ganti kendaraan kemudian tap out? apa dia naik bis 1000 kali bayar cuma Rp. 5000?? ", Seorang pejabat pemda DKI menyerang aku dengan sengit!
"Ini bukan sistim yang  bodoh, sebaliknya ini sistim yang cerdas," Jawab saya dengan suara tinggi menahan emosi. "Tadi sudah saya katakan PEMBACA-E-KTP dilengkapi dengan penerima satelit GPS jadi tidak bisa dibodohi seperti itu. Misalya seorang penumpang hendak pergi dari Balai Kota ke Kali Jodo. Sever tahu bahwa si penumpang hanya perlu satu kali naik bis. Kenyataannya si penumpang mampir dulu ke Alexis dan mampir ke tempat lain, setelah itu minta dispensasi dengan tap out begitu sampai di kali Jodo. Maka server transJakarata tahu dispensasi ini tidak sah dan harus ditolak, karena seharusnya ia cuma naik bis satu kali saja.", aku memberi contoh supaya mudah dimengerti.
"Supaya hadirin yakin , kebetulan di web blog pribadi: www.petabandung.net dapat menganalisa angkot kota Bandung. Misalnya kalau saya dari gedung Merdeka (tempat konfresi Asia-Afrika) ingin pergi ke mal Ciwalk di Jln. Cihampelas. Server www.petabandung.net mengetahui kita perlu 3 kali ganti kendaraan:
- Naik bis Cicaheum - Cibereum Turun di jalan Gardu-Jati.
- Naik bis Leuwi Panjang - Ledeng turun di Hotel Grand Setiabudi
- Naik Angkot Ledeng - Abdul Muis turun di Ciwalk
"Coba hadirin kunjungi situs www.petabandung.net dan ketik Merdeka pada textbox berangkat dari dan ketik Ciwalk pada textbox Menuju ke".
"Saya masih meragukan kelayakan sistim ini, sebab kendaran umum di Jakarta jumlahnya gak ke itung, ribuan. Apakah memasang PEMBACA-E-KTP di setiap kendaraan nantinya tidak akan menguras dana APBD?", seorang anggota DPRD meragukan kelayakan sistim saya.
"PEMBACA-E-KTP usulan saya sangat murah karena menggunakan Smart Phone Android. Conector USB Smart Phone hubungkan dengan sensor yang dapat mendeteksi RFID (radio frequency indentification) yang ada di KTP. Dari pada anggaran APBD dihabiskan untuk beli UPS, lebih baik beli sensor RFID ber USB". Aku memberi penjelasan.
"Supaya hadirin yakin, ini bukan fiksi coba simak tanyangan Youtube tentang sensor RFID ber UPS, eh salah keseleo lidah, sensor RFID ber USB disini:
Begitulah saya berusa meyakinkan para pejabat pemda DKI (termasuk gubernur Anies) "Kemanapun perginya bayar cuma Rp. 5000" bukanlah hal yang mustahil. Caranya ialah pada setiap kendaraan dipasang Smart Phone Android dengan sensor RFID. Nantinya penumpang tinggal tap E-KTP ke sensor RFID.
Dengan rasa lelah saya meninggalkan ruang rapat. Saya tidak yakin dapat memenangkan tender sebab, ide saya paling banyak diserang oleh perserta rapat. Sebulan kemudian, saya kembali dapat surat dari pemda DKI, .........kejutan!! .ternyata saya dinyakakan sebagai pemenang tender. "Hore-hore, sekarang aku jadi orang kaya!", aku berteriak kegirangan.
"Kang, bangun jangan ngelindur terus, bis sudah sampai di terminal Cibereum!" Seseorang gadis cantik berusaha membangunkan saya dari tidur. Saya pun terbangun. Saya melihat bis telah kosong, cuma menyisakan saya dan gadis cantik itu. rupanya saya tadi tertidur di bis kota dan bermimipi. Makanya jangan suka memikirkan janji-janji aneh dari pak Anies! Jadi terbawa mimpi deh akhirnya, untung bukan mimpi buruk!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H