Mohon tunggu...
Saad AhyatHasan
Saad AhyatHasan Mohon Tunggu... Relawan - Full-time father. Part time web developer and blogger.

Menulis untuk berpikir dan berbagi pemikiran. Bisa ditemui di kamuitubeda.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Solusi Regenerasi Petani: Memaksimalkan Peran Pendidikan dan Teknologi

22 Mei 2019   23:05 Diperbarui: 22 Mei 2019   23:24 2931
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: antarafoto.com

Langkah kedua yang bisa dilakukan melalui pendidikan adalah memaksimalkan potensi SMK pertanian. Mengutip situs kementerian pertanian, saat ini pemerintah sudah memiliki program Penumbuhan Wirausahawan Muda Pertanian (PWMP) yang menyediakan bantuan modal sebesar 15 juta bagi anak SMK yang berminat menjadi pengusaha muda di bidang pertanian. Tapi menurut saya itu belum cukup. Para siswa SMK juga harus dibiasakan untuk berkoperasi dan berkolaborasi.

Dan merujuk data dari waspadamedan.com, jumlah SMK pertanian di Indonesia ada setidaknya 1250. Dengan jumlah sebanyak itu, SMK Pertanian seharusnya tidak hanya menjadi tempat belajar cara bagaimana bertani yang efektif. Tapi lebih dari itu, SMK pertanian harus menjadi tempat belajar bagaimana memulai bisnis pertanian. Salah satunya dengan cara membentuk koperasi siswa per kelas atau per angkatan yang bisa terus dikelola bahkan ketika sudah lulus SMK.

Karena jika tidak, lulusan SMK pertanian akan mengalami kesulitan untuk terjun di industri pertanian yang membutuhkan akses kepada lahan dan permodalan. Selain itu, membiasakan siswa SMK pertanian untuk berkoperasi dan berkolaborasi sejak dini akan memupuk jiwa kewirausahaan mereka. Sehingga ke depan, ketika mereka aktif di dunia pertanian, mereka tidak lagi kesulitan untuk berkolaborasi dan bekerja sama dengan berbagai pihak untuk menjadi wirausahawan di bidang pertanian.

1.3. Kolaborasi antara Pemerintah, Perguruan Tinggi, dan Petani.

Ke depan, sarjana pertanian harus dijadikan motor utama industri pertanian. Karena mereka yang menguasai ilmu pengetahuan dan punya akses kepada teknologi dan inovasi yang merupakan kunci keberlangsungan sebuah industri. 

Saya sangat mengapresiasi pemerintah yang menyediakan bantuan modal sampai dengan 35 juta melalui program Penumbuhan Wirausahawan Muda Pertanian (PWMP) bagi para mahasiswa yang berminat menjadi wirausahawan di bidang pertanian. Karena itu merupakan insentif yang sangat bagus untuk merangsang minat generasi muda, khususnya para sarjana pertanian untuk berkiprah di bidang pertanian.

Selain dana hibah seperti PWMP, pemerintah juga bisa mendorong generasi muda untuk lebih perhatian dengan dunia pertanian dengan cara pemberian beasiswa bersyarat untuk melakukan pengabdian selama beberapa tahun setelah lulus kepada keluarga petani yang notabene punya akses kepada lahan pertanian. Atau bisa juga dengan program pengabdian sebagaimana SM3T untuk melatih jiwa kemandirian, kepemimpinan, dan kewirausahaan mereka.

2. Pendekatan Melalui Teknologi

Salah satu cara paling efektif untuk mendekati generasi muda adalah dengan menggunakan teknologi. Karena teknologi merupakan sebuah keniscayaan yang tidak bisa ditawar lagi.

2.1. Memaksimalkan Penggunaan Teknologi Pertanian

sumber gambar: aerofarms.com
sumber gambar: aerofarms.com
Salah satu masalah utama pertanian di Indonesia adalah adanya ancaman gagal panen oleh cuaca yang tidak menentu dan terbatasnya lahan. Khususnya di perkotaan. Maka dari itu, perlu adanya inovasi untuk memaksimalkan penggunaan teknologi. Entah dengan menggunakan rekayasa lingkungan dengan membuat pertanian dalam ruangan (indoor farming) maupun rekayasa genetika untuk meningkatkan kuantitas produksi.

Pemerintah harus menjembatani perguruan tinggi dan para petani agar penelitian yang dilakukan di perguruan tinggi bisa diaplikasikan langsung oleh petani. Di satu sisi, para peneliti diuntungkan karena punya objek penelitian. Di sisi lain, petani juga diuntungkan karena bisa meningkatkan produktivitas pertanian mereka. Apalagi menjembatani perguruan tinggi dengan petani juga bisa menjadi solusi dari minimnya sarjana pertanian yang berkiprah di dunia pertanian. Dengan berinteraksi secara langsung dengan petani, mahasiswa bisa menjalin kerja sama dengan petani dengan skema bagi hasil. Sehingga ketika lulus mereka tidak perlu bingung mencari lahan.

Saya yakin, Indonesia saat ini sudah sangat mampu untuk menerapkan teknologi-teknologi terkini di bidang pertanian. Maka dari itu, perlu dicarikan solusi yang bisa memungkin para intelektual untuk bisa berkolaborasi dengan pemilik lahan agar tercipta lapangan pekerjaan baru, yaitu industri pertanian modern. Kalau ini bisa jalan, bukan tidak mungkin dalam beberapa tahun ke depan akan lahir perusahaan seperti Aerofarms, Techshelta, Bowery,  dan semacamnya di Indonesia.

2.2. Memudahkan Akses Kepada Investor dan Pasar

Hal kedua yang perlu dilakukan pemerintah dengan teknologi informasi adalah membangun sebuah iklim atau sebuah platform yang bisa menjembatani bertemunya praktisi pertanian, investor (pemodal), dan pemilik lahan. Karena selama ini, salah satu alasan kenapa minimnya anak muda terjun ke dunia pertanian adalah karena kepemilikan lahan. Seperti yang kita tahu, harga tanah semakin lama semakin naik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun