sehingga melalui terapi bermain ini mereka dapat meningkatkan perkembangan komunikasi dan sosial.
Menurut Dian Andrina (2011), terapi bermain yaitu penerapan sistematis dari sekumpulan prinsip belajar terhadap suatu kondisi perilaku yang bermasalah atau dianggap menyimpang dengan melakukan suatu perubahan serta menempatkan anak di dalam situasi bermain. Sementara Landerth menjelaskan bahwa terapi bermain merupakan hubungan interpersonal yang dinamis antara anak dengan terapis sebagai professional dalam prosedurÂ
terapi bermain yang menyediakan materi permainan yang di pilih dan memfasilitasi perkembangan suatu hubungan yang aman bagi anak untuk sepenuhnya mengekspresikan dan eksplorasi dirinya (perasaan, pikiran, pengalaman, dan perilakunya) melalui media bermain. Terapi bermain mampu membangun perilaku positif individu dan membangun kemampuan dan keterampilan sosial, serta meningkatkan kemampuanÂ
berkomunikasi secara verbal dengan orang lain. Terapi bermain juga mampu diterapkan oleh anggota keluarga dalam situasi yang menyenangkan sehingga anak tidak merasa bosan dan takut dengan situasi terapi.
Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan. Pengaruh Terapi bermain Terhadap Interaksi Sosial Anak Autis di SDLB Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun, SH Jambi Tahun 2014, menunjukkan ada pengaruh Terapi Bermain terhadap Interaksi Sosial Anak Autis di SLB Prof. Dr.Sri Soedewi Masjchun Sofwan, SH Jambi Tahun 2014. Diharapkan SDLB dapat mempertimbangkan penggunaan bermain terapi sebagai terapi tambahan untuk penderita autis.Â
Ayu dalam penelitiannya yang berjudul Upaya Meningkatkan Keterampilan Anak Autis Melalui Terapi Bermain (Studi Terhadap Anak Autis di SLB Khusus Autistik Yayasan Fajar Nugraha Yogyakarta) hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha-usah yang dilakukan oleh terapis untuk meningkatkan keterampilan sosial anak autis melalui terapi bermain dilakukan melalui aktivitas olahraga, sosialisasi, we play, dan kegiatan bermain musik.
 Adapun yang menjadi faktor penghambat usaha yang dilakukan oleh terapis lebih banyak berasal dari diri anak antara lain keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh anak autis dan minat bakat yang berbeda-beda. Sedangkan yang menjadi faktor pendukung usaha yang dilakukan oleh terapis untuk meningkatkan keterampilan sosial pada anak autis melalui terapi bermain diantaranya sarana prasarana yang lengkap, dan adanya
 kesempatan anak autis untuk belajar di masyarakat. Bermain adalah unsur yang paling penting untuk perkembangan anak baik fisik, emosi, mental, intelektual, kreativitas dan sosial. Dimana anak mendapat kesempatan cukup untuk bermain akan menjadi orang dewasa yang mudah berteman, kreatif dan cerdas bila dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang mendapat kesempatan bermain.
Pada dasarnya dunia anak adalah dunia bermain. Kegiatan bermain berperan untuk mengembangkan kemampuan fisik, intelektual, sosial dan emosional. Bermain juga memegang peranan untuk mengembangkan kemampuan intelektual, khususnya merangsang perkembangan kognitif, membangun struktur kognitif, belajar memecahkan masalah, rasa kompetisi dan percaya diri, menetralisir emosi negatif, menyelesaikan konflik,Â
menyalurkan agresivitas secara aman dan mengembangkan konsep diri secara realistik. Sehingga bermain dapat dijadikan sebagai salah satu metode terapi dan disebut dengan terapi bermain.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H