Penutup
Kami mencoba menjabarkan dengan detail kemungkinan cara kerja “tangan robot” Pak Tawan. Namun tentu saja kekurangan terbesar ulasan ini adalah kami tidak dapat melihat langsung ke lokasi, sehingga tulisan ini tidak lepas dari beberapa asumsi dari hasil melihat video rekaman serta berbagai ulasan berita. Yang jelas Pak Tawan berhasil membuat para pembaca kritis semakin penasaran dan menggali sendiri banyak hal tentang EEG, BCI, robotik, kelumpuhan akibat stroke, dan lain-lain - tentunya dari berbagai sumber ilmiah yang terpercaya. Semoga di tengah gempuran berita media online yang dramatis, masyarakat indonesia bisa selalu kritis dalam menyerap informasi yang datang dari media dan tidak mudah latah mengamini atau menghakimi tanpa melakukan cross-check terlebih dahulu.
Satu hal yang menginspirasi kami untuk membuat ulasan ini adalah karena kekhawatiran melihat banyaknya orang yang langsung latah percaya dari hanya membaca berita online. Serta sangat gemas melihat media yang memberitakan secara bertubi-tubi, bombastis penuh bumbu tanpa mau repot menuliskan secara baik dan benar. Bisa jadi alat tersebut berfungsi dengan baik, namun karena wartawan menuliskan dengan redaksional yang sangat buruk - banyaknya istilah teknis maupun medis yang salah tulis serta penjelasan yang salah konsep, akhirnya para pembaca yang kritis jadi amat sangat skeptis. Jadi apa fungsinya bagian editor di sebuah media?
Kesimpulan kami, alat tersebut pada dasarnya memungkinkan untuk dibuat dan cukup untuk kebutuhan Pak Tawan, namun dengan dukungan teknologi yang lebih mapan tentunya alat orthosis ini bisa disempurnakan agar bisa bermanfaat untuk jangka lebih panjang dan bahkan untuk lebih banyak orang lagi yang membutuhkan. Terkait dengan penyempurnaan teknologi, bisa diartikan riset/penelitian lebih lanjut. Untuk hal ini, kita bisa merefleksikan pada dokumen Global Disability Action Plan (GDAP) 2014-2021: Better Health for People with Disability (WHO, 2014) yang telah diadopsi oleh World Health Organization (WHO) saat World Health Assembly pada bulan Mei 2014 yang disetujui oleh negara-negara anggota WHO, termasuk Indonesia. Dalam dokumen GDAP tersebut, ada tiga tujuan utama: (1) Menghilangkan hambatan-hambatan dan meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan dan program-programnya untuk penyandang disabilitas. (2) Menguatkan dan memperluas rehabilitasi, habilitasi, alat-alat bantu teknologi dan pendukungnya, serta rehabilitasi berdasarkan komunitas (3) Menguatkan pengumpulan data yang relevan dan terkomparasi secara internasional serta mendukung riset terkait disabilitas dan pelayanan yang terkait. Dari tujuan yang tertera pada nomor 3, riset untuk kemajuan teknologi alat-alat bantu untuk penyandang disabilitas sehingga mencapai standar yang baik adalah salah satu poin penting, sehingga bisa membantu kehidupan sehari-hari penyandang disabilitas secara umum.
Kita berharap penelitian terkait penyandang disabilitas, termasuk teknologi alat bantu untuk penyandang disabilitas di Indonesia semakin maju kedepannya dengan mendapat dukungan penuh dari pemerintah sehingga dapat membantu Pak Tawan-Pak Tawan lain di Indonesia!
Daftar Pustaka
Andersen, B. B., Korbo, L. & Pakkenberg, B. A quantitative study of the human cerebellum with unbiased stereological techniques. The Journal of Comparative Neurology J. Comp. Neurol. 326, 549–560 (1992).
Brokaw, E. B., Black, I., Holley, R. J. & Lum, P. S. Hand Spring Operated Movement Enhancer (HandSOME): A Portable, Passive Hand Exoskeleton for Stroke Rehabilitation. IEEE Trans. Neural Syst. Rehabil. Eng. IEEE Transactions on Neural Systems and Rehabilitation Engineering 19, 391–399 (2011).
Classification of EEG Signals in a Brain-Computer Interface System. Classification of EEG Signals in a Brain-Computer Interface System at
Fonseca, C. et al. A Novel Dry Active Electrode for EEG Recording. IEEE Transactions on Biomedical Engineering IEEE Trans. Biomed. Eng. 54, 162–165 (2007).