Mohon tunggu...
Satto Raji
Satto Raji Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelance Worker for Photograpy, Content Writer, Sosial Media,

Belajar Untuk Menulis dan Menulis Untuk Belajar

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pemimpin DKI-1 di Mata Sekjen PAN; Eddy Soeparno

22 April 2016   21:11 Diperbarui: 22 April 2016   21:19 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Walau hujan masih turun diluar tempat diskusi (Omah Senduk) di bilangan Jakarta Selatan, tapi suasana diskusi sore itu tetap terasa hangat. Terlebih kalau mendengar paparan narasumber yang sangat ekspresif dari Ridwan Saidi. Ahli sejarah yang juga mantan anggota DPR tahun 1977-1987 ini, dengan penuh semangat menjabarkan bahwa Jakarta harus dibangun dengan konsep sebuah kota peradaban.

[caption caption="Eddy Soeparno (memegang mic) saat berdiskusi bersama membahas Kinerja Ahok dimata warga"][/caption]

Jakarta sudah tidak punya sawah dan kebun, yang masih ada hanyalah warga pesisir pantai. Itu peradaban Jakarta yang masih ada dan harus dipertahankan.  Tidak hanya Jakarta, peradaban Indonesia sebenarnya adalah warga pesisir pantai, negara bahari dengan ribuan kepulauan dari Sabang sampai Merauke. Lagu “Nenek Moyangku seorang Pelaut” salah satu bukti kecil peradaban yang ada.

Yang terjadi saat ini adalah peradaban pesisir sedikit demi sedikit digusur oleh pemprov DKI. Bagaimana peradaban ini akan terus bertahan? Tidak bisa dibayangkan kalau para nelayan itu disuruh pindah ke rusunawa. Mau dimana mereka menjemur jaring setelah melaut, tidak mungkinlah mereka menjemur di pekarangan rusunawa. Ujar Ridwan Saidi.

Sore itu selain Ridwan Saidi hadir juga Eddy Soeparno. Ini kali pertama saya bertemu dan mengenal Eddy Soeparno, Sekjen Partai Amanat Nasional periode 2015-2020. Sebetulnya saya (sangat) terlambat datang ke acara diskusi sore itu, Jakarta yang diguyur hujan sejak siang menjelang sore membuat kondisi lalu lintas tidak bisa kompromi. Macet di setiap sudut Jakarta jadi langganan saat hujan turun walau tidak seberapa deras. Ini sudah jadi problem klasik ibukota.

Jadi saat Eddy Soeparno memaparkan pendapatnya saya tidak mengikuti secara keseluruhan. Jadilah saya seusai acara meminta waktu untuk sekedar berbincang, yang di sanggupi dengan antusias oleh bapak dua anak ini, dengan satu syarat setelah beliau menyelesaikan ibadah maghrib.

Eddy Soeparno, lelaki kelahiran Jakarta 6 Mei 1965 ini masih aktif sebagai Finance Director & CFO Officer  PT Bakrie & Brothers Tbk dan Direktur Keuangan dari Perusahaan Induk (Holding Company) di kelompok Usaha Bakrie. Pengalaman bisnisnya sudah dimulai sejak tahun 1989, tidak lama setelah beliau menyelesaikan pendidikan S1 jurusan Hukum Internasional fakultas hukum Universitas Indonesia. dan di tahun 2002 Eddy Soeparno menyelesaikan study Magister Hukum Ekonomi di Universitas yang sama.

Keterlibatannya dalam PAN sudah terbilang cukup lama. Kurang lebih 11 tahun lalu saat Amien Rais mencalonkan diri menjadi Presiden pada tahun2004, Eddy Soeparno ikut membantu menjadi tim sukses Amien Rais saat itu.

Dengan pengalaman profesionalnya dibidang bisnis dan keuangan, Eddy Soeparno melihat bahwa pembangunan kota Jakarta saat ini sepertinya ingin dijadikan sebagai pusat kota bisnis. Sayangnya infrastruktur belum siap atau tidak mendukung dan konektifitasnya yang masih sulit. Contoh sederhana saja, Jakarta belum punya transportasi umum yang nyaman sehingga bisa di andalkan oleh warga Jakarta atau siapapun yang datang ke ibukota.

Eddy Soeparno juga menekan, Jakarta harus jadi kota modern berwawasan lingkungan dengan sentuhan teknologi.  Tapi pembangunan Jakarta juga harus mempertimbangkan akar budaya yang sudah ada sejak lama. Jangan sampai kedepannya Jakarta hanya punya sebagian orang dengan kemampuan ekonomi tertentu, sedangkan orang asli Jakarta terpaksa berpindah kedaerah satelit disekitaran Jakarta. Ini mungkin saja terjadi, dilihat dari harga tanah di Jakarta yang sudah sangat mahal dan hanya dikuasai beberapa pihak.

Mengenai kepemimpinan Ahok sebagai Gubernur DKI saat ini, Eddy Soeparno berpendapat bahwa Jakarta butuh pemimpin yang tegas. Tegas dalam artian berani mengambil keputusan yang tidak popular. Berani melakukan reformasi birokrasi dan sanggup kerjas siang dan malam. Ini semua ada dalam diri Ahok.

[caption caption="Eddy Soeparno Sekjen PAN 2015-2020 (sumber foto; www.eddysoeparno.com)"]

[/caption]

Tapi Eddy Soeparno juga menegaskan bahwa, seorang pemimpin juga harus menjadi sari tauladan bagi seluruh warganya. Rasanya kurang elok kalau seorang pemimpin berbicara kasar di depan umum, terlebih warga Jakarta merupakan penduduk yang heterogen dengan berbagai latar belakang budaya. Dan gaya bicara Ahok yang cenderung kasar bisa menyakiti perasaan yang mendengarnya.

Mengenai siapa yang akan diusung PAN pada pilkada DKI nanti, Eddy Soeparno sedikit memberi gambaran. “PAN yang hanya mempunyai 2 kursi di DKI cukup tahu diri untuk tidak mencalonkan nama dari internal partai. Tapi melihat probabilitas calon yang masih tinggi, diakui PAN sudah melakukan simulasi mengenai nama-nama yang sekira berpeluang dan berpotensi untuk di usung nantinya.”

Mengenai Ahok yang  maju lewat jalur independen, Eddy Soeparno bersikap. “Idealnya calon gubernur memiliki keterwakilan dari sebuah partai politik atau koalisi dari berbagai partai politik yang ada, walau saat ini PAN masih terbuka untuk semua kemungkinan”. Hal ini didasari bahwa dinamika bursa calon gubernur saat ini masih sangat cair. Contohnya apakah Sandiaga Uno jadi di dukung Gerindra, atau apakah nanti bakal ada nama calon lain?.

Ditambah partai besar seperti PDIP yang belum menentukan sikap, yang membuat konstelasi politik masih sulit untuk diprediksi. Dan PAN sebagai “anak bawang” di perwakilan DKI hanya bisa menunggu sambil mengumpulkan nama-nama calon yang sesuai  kriteria internal partai.

Semoga Jakarta mempunyai pemimpin yang mempunyai konsep pembangunan kota yang jauh kedepan. Tidak hanya untuk 10 tahun saja, tapi kalau bisa sampai 100 tahun kedepan. Pilih pemimpin yang mempunyai konsep pembangunan kota yang jelas. Jangan pilih pemimpin hanya berdasarkan sosok, suku, agama dan ras yang hanya akan membutakan cita-cita objektif kita untuk menciptakan Jakarta yang lebih baik untuk anak cucu kita.

Ingat, ….Anak Cucu kita..!!!. Bukan hanya kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun