Baru beberapa langkah keluar tenda pagi itu, Latifa baru ingat ada yang mesti dibawa.  Sebuah dompet  yang tersimpan di buntalan baju dalam tas kresek.  Ia pun membalikkan badan untuk mengambilnya.  Entahlah, ia merasa perlu membawa dompet tipis itu. Dan sebentar kemudian benda itu terambil. Â
Keluarlah dia dari tenda. Â Ia berdiri tercengang, saat beberapa kupu-kupu hinggap di atas tenda pengungsiannya. Gadis belia sembilan tahun itu mencoba mendekati. Â Diayunkan tangannya berharap kupu-kupu itu terbang. Â Dan dia ingin sekali melihatnya. Â Sebagaimana kebiasaan saat di rumah, yang pekarangan depan kerap kehadiran binatang cantik itu.
Latifa mencari sesuatu. Â Sebuah bilah ranting kayu yang terserak di sekitar tenda diambil. Ia melompat-lompat sekenanya memukulkan ujung bilah itu ke tenda. Â Dan, kupu-kupu itu beterbangan.
Anak kecil itu girang. Â Dikejarnya selangkah demi selangkah. Â Menyusuri deretan tenda yang berpuluh-puluh itu. Â Yang wajah penghuninya penuh duka. Â Tsunami tiga hari lalu telah melibas segenap harta, nyawa, juga rasa bahagia. Â Dan duka mereka terkumpul pada tiap-tiap tenda.
Gadis kecil itu tak hirau panggilan temannya. Â "Latifa, tak usah kau kejar kupu-kupu itu. Â Biarkan pergi.!"
Anisa berseru lagi kepada Latifa,"Berhenti, kasihan!"
Ia tak menghiraukan. Â Anak itu lincah mengejar kupu-kupu kuning yang sepertinya malah menggoda agar gadis itu terus merangsak maju. Â Beberapa orang dewasa melihat itu.
"Biarkan saja dia. Â Biarlah Latifa merasa senang hari ini," ucap seorang perempuan muda yang tengah membopong bayinya.
Â
"Oh, jangan. Â Nanti kalau dia hilang bagaimana?" sergah lelaki bersarung kotak-kotak.
"Tolong diawasi, takutnya kemana-mana!" tukas yang lain.
Latifa makin menjauh dari tenda pengungsi. Sedang orang-orang tengah sibuk dengan pikirannya. Dengan masa depannya. Â Dan si kecil Latifa hilang dari jangkauan perhatian mereka. Â Anak ini mengembara mengikuti kepak sayap kupu-kupu. Â
Mereka terbang rendah saja. Â Jika Latifa tertinggal, mereka berhenti dan hinggap di tempat yang terlihat gadis itu. Â Saat dia mendekati, terbanglah kembali dengan penuh riang. Â Latifa dan kupu-kupu selayak sahabat yang lama tak bertemu. Â Mereka memuaskan diri sepenuh jiwa.