Lalu lintas kota keruh. Ratusan kotak persegi panjang beroda dua itu telah menjadi raja jalanan semenjak pagi. Aparat lalu lintas terkulai lemas, sempritan mereka nyaris seperti tak bersuara. Gedung-gedung menatap kaku. Pohon-pohon pinggir jalan merontokkan daun, menampakkan kejengkelan.
Gerobak-gerobak tak perduli dengan semua itu. “Ke Balaikota aku kan kembali, walaupun apa yang terjadi!” Nyayian mereka sepanjang jalan.
***
Gerobak-gerobak yang menyerbu balaikota. Menyusuri sudut-demi sudut parkiran, taman dan tepian tembok pembatas. Menaikkan hiasan yang mereka lihat uang. “Kau lihat semuanya !!! uang kan, uang!” teriak Ramijo lantang memecah hari.
Tiada gerobak yang tak berisi. Jika mampu, mereka menambahkan lebih. Ternyata ukuran hiasan tak semua sama. Ada yang sepanjang gerobak. Yang kecil pun tak sedikit. Orang-orang bersuka memilih semampunya.
Sudah!! Kali ini Kamto yang bersuara. Kita sudah mendapatkan semua. Sudah cukup sepertinya. Saatnya kita kembali ke tempat kita masing-masing, lanjutnya.
Terik siang hari sudah menghajar. Peluh telah menjamah ke tiap lekukan tubuh. Laki-laki penarik gerobak menyebar senyum: hari yang membahagiakan.
Beberapa petugas balaikota berusaha menghalangi, tapi entah kekuatan apa, hingga mereka tak cukup daya. Acungan tongkat karet hitamnya seperti mengacungkan balon panjang yang bisa ditekuk-tekuk dibuat pistol-pistolan. Hingga, tak ada yang terhalangi gerakan-gerakan mereka.
Hari yang riuh di seputar balaikota. Sampai akhirnya dari lantai tiga suara ini menggema. Dengan pengeras suara yang agaknya buru-buru dipasang, seseorang berkata: “Terimakasih atas kedatangannya. Bawalah yang ada di gerobak itu untuk kalian semua. Halaman kami sudah sumpek. Setidaknya, kalian sudah mengurangi kesumpekan hati kami juga…..”
Iringan gerobak keluar gerbang balaikota. Mereka berkelompok menuju arah mata angin dari mana mereka datang. Oh....., aparat menyediakan mobil pengawal. Hari yang istimewa, gerobak-gerobak itu nyaman melintasi jalan protokol. Kendaraan pribadi, angkutan umum semua menyingkir menyilahkan jalan.
“Kamu tahu, kira-kira siapa yang bersuara dari dalam gedung tadi, Kamto?” tanya Ramijo sembari melambatkan tarikan gerobak.