Mohon tunggu...
Sarwo Prasojo
Sarwo Prasojo Mohon Tunggu... Angin-anginan -

Suka motret, tulas-tulis dan ini itu. Dan yang pasti suka Raisa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Kisah Kades Tralala Diambang Bimbang

22 Juli 2016   22:03 Diperbarui: 24 Juli 2016   09:30 804
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Kades males. Maunya mendatangi warga mampu saja. Giliran kerja bakti, kita-kita yang harus berangkat!” cibir Kusdiman, salah satu  warga penerima beras miskin, sembari melinting papir tembakau.

Desakan mundur pada Tralala sampai juga ke telinganya. “Saya belum berpikir mundur. Percuma sudah melangkah begini, malah mundur. Tinggal sebentar saja. Orang kok nggak sabar!”

Sekali tiga uang, Trilili, istri Kades Tralala pun jarang di desa. Ia mulai banyak di rumah terdahulu, di Jakarta bersama anaknya. Berlama-lama ia di sana, menghindar dari kegiatan sebagai Istri Kades. Kali ini Tralala menengoknya, sekalian berobat.

“Rasanya lelah menjadi Kepala Desa…” ungkap Tralala pada Trilili yang bertanya: kamu terlihat kurus?

“Siapa suruh kamu jadi Kades?” istrinya menyahut. “Bukankah niat kita kembali ke desa untuk ketenangan hari tua!” lanjut istrinya. 

Trilili memang tak setuju, sedari awal, ketika satu dua orangmulai  meminta suaminya mencalonkan diri sebagai Kades. “Dia sudah tua. Sudah harus istirahat. Jangan diganggu urusan politik. Urusan begituan!” katanya kepada Jumino, juga  beberapa orang lain yang bernafsu sekali membujuk Tralala agar bersedia. Tapi Trilili tak kuasa menghentikan semua itu.  

“Kamu tidak sadar diperalat mereka, atau kamu memang berambisi pulang ke desa hanya untuk menjadi pemimpin di sana?” Trilili bertanya menggugat. Tralala terdiam.  Ia tidak perlu menanggapi suara istrinya yang mulai menusuk-nusuk gendang telinga.

“Saya sudah memutuskan untuk menetap di sini. Di Jakarta. Sampai kamu mengakhiri masa jabatan!” kencang  Trilili berkata.

“O… kenapa begitu. Saya tidak enak dengan warga. Bagaimana dengan urusan PKK. Urusan Dasa Wisma... Urusan yang membutuhkan Istri Kades.  Kemarin-kemarin Pak Camat sudah menegur saya. Bu Camat pun menanyakan dirimu yang sudah beberapa kali tidak kelihatan memenuhi undangannya!”

“Terserah!!”

“Tidak bisa begitu dong!”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun