Meraka melotot hampir bersamaan. Baru kali ini ada warga melotot ke saya selaku Ketua RT.
“Pak RT. Saya ingin mengharumkan nama Ibu kita Kartini. Makanya saya pilih itu. Kebetulan anak saya lahir pertengahan April. Bagus kan?”
Saya terkesima dengan kalimat Ramadan tadi. Lantas, Hendra menyusul bersuara. ”Bukan cuma itu, Pak RT. Saya ingin anak perempuan saya terinspirasi dengan kehidupan RA Kartini. Tidak salah kan?”
Sompreeeeet….!! Aku mulai kesal dengan berdebatan ini.
Jarum jam tampak berat beringsut ke angka Sembilan malam. Mungkin ia pun kesal juga mendengar ucapan-ucapan mereka. Sementara saya sudah jengah.
“Jadi enaknya bagaimana menurut kalian!!!” tanya saya dengan nada tinggi.
“Saya tetap dengan nama Kartini, Pak RT.”
“Saya juga!”
Brak….. !!! Entah kenapa telapak tangan saya seketika mendarat di atas meja. Asbak terpental dan sedikit bergeser ke sisi kanan. Kedua lelaki muda itu tersentak.
“Keluar kalian!!”
Mereka terdiam. Sepertinya takut dengan bentakan saya. Sesuatu yang tidak diduga harus mereka dapati. Keduanya berdiri dan tanpa permisi meninggalkan ruang tamu. Pulang terbirit-birit.