“Kami menghargai anugerah Tuhan pada kucing-kucing untuk beranak pinak, Pak JK. Tapi kalau kelakuannya mengganggu tetangga, mestinya perlu diupayakan suatu tindakan dari Bapak selaku pemilik. Kasih dong mereka tempat yang nyaman buat indehoi……..!”
Gerrrrr………. Lagi, lagi forum pertemuan meledakkan tawa.
Mmm…… muka Pak JK lagi-lagi kecut, setelah mendengar Aduan Pak Sampurno itu.
Ada yang lain? Tanya Pak RT.
Kemudian seseorang mengangkat tangan kanan. “Oh, silakan Pak Jumali. Singkat saja ya, sudah malam!”
Dengan suara dalam dan penuh wibawa, Pak Jumali yang pensiunan tentara berpangkat Sersan Kepala berucap. “Saya mengusulkan, begini. Saya menghormati hobbi Pak JK ngingu kucing. Tapi jangan dibikin beranak pinak. Coba dipikirkan untuk dikebiri saja!”
Pak JK terbelalak dengan ide Pak Jumali. Ia geregetan dan misuh-misuh, tapi tetap di dalam hati: “Asu…asu….asu….!”
Akhirnya, Pak RT memberi kesempatan kepada Pak JK untuk memberi tanggapan atas aduan warga. “Terimakasih Pak RT, atas kesempatan yang diberikan kepada saya.”
Saya senang bisa menghadiri pertemuan yang menyenangkan ini. Kalau tidak menyenangkan pastilah saya tidak datang, ya toh, kata Pak JK sambil berdiri memandang segenap hadirin. Sebuah preambule yang manis.
Jika karena kucing-kucing saya, banyak warga yang akhirnya terganggu, maka selaku pemilik kucing dan atas nama kucing-kucing saya, saya minta maaf yang sebesar-besarnya. Tentu bukan maksud saya untuk membuat suasana warga RT gaduh dan keruh begini. Tapi niatan saya baik, ingin menjadi penyayang kucing. Mohon, ini digaris bawahi.
“Tapi Pak RT. Lewat kesempatan ini saya pun mau mengadu.”