Mohon tunggu...
Sarwo Prasojo
Sarwo Prasojo Mohon Tunggu... Angin-anginan -

Suka motret, tulas-tulis dan ini itu. Dan yang pasti suka Raisa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sebuah Gambar Warung

28 Februari 2016   14:56 Diperbarui: 28 Februari 2016   17:49 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anak-anak pun segera berhamburan. Mencari tempat yang dirasa pas untuknya. Ada yang di bawah pohon halaman sekolah, di teras perpustakaan. Tapi kebanyakan berderet di teras sekolah. Lelaki dan perempuan tersebar dan menyendiri, tak mau diganggu satu sama lain.

Ibu Susanti memandang mereka dari kejauhan. Senang. Kemudian menuju ruang guru. Duduk dan menghabiskan kue yang masih tersisa sewaktu jam rehat tadi. Seteguk air teh manis membasahi tenggorokan. Ia raih gadgetnya: membuka WA. Ia balas pesan-pesan yang masuk, yang lucu-lucu itu. Ah, hari yang menyenangkan, batinnya.

Lima belas menit berlalu. Bu guru Susanti mendekat murid-muridnya. Menatap sekilas tanpa banyak tanya. Eka murid yang manis itu menggambar Kebun Raya Bogor, Leila tengah mencoretkan pensilnya memperjelas Tugu Monas. Hari, murid paling besar tubuhnya menggaruk-garuk kepala, tampaknya kesulitan mengambar gajah di Kebun Binatang Ragunan.

Banyak lagi tempat-tepat yang dituangan ke dalam kertas. Semua mencoba membuka memori, dan menumpahkannya pada selembar kertas putih dalam buku gambar yang diletakkan pada sebuah papan kecil berpenjepit.

Di sudut kantin sekolah, Jamal tengah memusatkan perhatian. Garis-garis tajam dan samar dipadupadankan menjadi sebuah komposisi yang harmoni, menurut ukuran anak sekelas dia.

“Inilah tempat yang paling aku senangi. Yang bikin aku mengagumi.” Batinnya.

Tak sekali pun ia mencoba beranjak dari tempat itu. Tak tahu juga, tempat-tempat apa saja yang menjadi inspirasi teman-temannya. Ah, paling tempat-tempat wisata, yang mereka gambar, duganya.

Sesekali ia beringsut. Pantatnya digoyang-goyangkan. Tampaknya, selangkangannya disusupi seekor semut. Tangan kirinya reflek bertindak, mengarah ke posisi semut bersembunyi. “Huh! Mengganggu saja!”

Waktu menggambar telah selesai. Semua murid mengumpulkan hasilnya di meja guru. “Sudah semua?” tanya Bu Susanti. Perempuan itu memandang sekililing ruangan. “Baiklah,semua sudah menyelesaikan tugas hari ini.

***
Di ruang Guru, Ibu Susanti memandang gambar muridnya satu per satu. Sesekali menggelengkan kepala. Kadang tersenyum geli. Tapi mengerutkan dahi pun terjadi, ketika melihat hasil milik Jamal. Tak seperti yang lain, sebagaimana dugaan anak ini. Teman-temannya banyak menggambar tempat wisata. Yang di Jakarta, atau luar ibukota. Semua menarik, mengesankan. Sedang punya Jamal membuat ibu guru itu terkesima.

“Gambar sebuah warung?” berkata ia sambil kedua tangannya menimbang-nimbang buku gambar itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun