Melalui Kucing Gunong, sahabatnya, dilancarkanlah operasi sangat rahasia bersandi “MARI”: Mawar Berduri.
Si Mandung tahu persis, pemimpinnya mudah takluk oleh Si Mawar muda kinyis-kinyis. Disusupkanlah ia ke kamarnya.
Kucing Gunong, memperdayai pengawal, hingga bisa memasukkan Mawar. Entah bagaimana ceritanya, si Mawar bisa leluasa di kamar sang Pemimpin.
Mawar mendapat pesan,”Masukan racun ke mulutnya!”
Dan, berhasil. Mawar keluar dengan laporan,”Beliau sudah mati!”
Secepatnya, Mawar si kucing betina yang manis bak sawo manggis itu dibawa pergi ke suatu tempat. Untuk kerahasiaan operasi, dia pun dibunuh. Jejaknya tak terendus.
Dan, Mandung tampil bak pahlawan pada saat negeri gonjang-ganjing karena kejadian itu. Namun, perjalanan kepemimpinannya sangat tidak disukai warganya. Ia cenderung serakah. Tidak mau mendengarkan pendapat pihak lain. Kejam terhadap bawahan.
Kucing Gunong, yang diangkat sebagai Pimpinan Telik Sandi, merasa bersalah. Ia berembug dengan teman-teman yang sejalan. Mereka merancang operasi yang sangat rahasia, bersandi “HARUN”: Harta Karun.
Disebarlah berita, bahwa di ujung negeri ditemukan harta karun. Rakyat negeri kucing yang tengah dilanda nestapa berebut ke sana. Satu utusan ditugasi untuk menyampaikan berita itu kepada Si Mandung. Dia marah. Merasa ada yang ditutup-tutupi oleh pengikutnya.
Kucing Gunong, selaku Pimpinan Telik Sandi, tahu persis sifat pemimpinnya yang serakah harta benda. Maka ia membuat rencana, memancing Mandung bisa keluar istana. Maka digodalah dengan isu tentang penjarahan harta karun itu.
Kucing Gunong yakin, pemimpinnya itu tidak bisa tenang mendengar kata harta karun. Pikirannya selalu ke arah sana. Tidur hanya sekejap. Terbukti, ia cepat-cepat meminta berangkat.
Sebenarnya, penjarahan itu sebatas cerita belaka yang dibesar-besarkan. Itu siasat agar dapat menggiring Mandung ke tempat yang jauh. Dan kemudian, mematikannya secara mudah.