Mohon tunggu...
Sarwo Prasojo
Sarwo Prasojo Mohon Tunggu... Angin-anginan -

Suka motret, tulas-tulis dan ini itu. Dan yang pasti suka Raisa

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kucing Merah Jambu

16 Oktober 2015   09:38 Diperbarui: 16 Oktober 2015   09:51 651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aman. Istriku pun melanjutkan ritual membersihkan diri. Dan, aku yakin, selama ia mandi, pandangannya lebih banyak ke atas. Ke lubang itu.

***
“Buang saja kucing itu!” Berkata istriku sambil membawa piring ke wastafel. Kami baru selesai makan siang.
“Buang? Kasihan dong Sayang. Sabarlah, namanya baru sehari dia di sini”
“Pokoknya buang. Tahu kan bedanya buang dengan simpan!”

Karena wanita ingin dimengerti, maka aku selalu berusaha untuk mengerti. Dia tidak mau bilang “bodoh” apalagi “goblok” ke suaminya. Itu sama juga menunjukkan dirinya sudah salah pilih.

Coba perhatikan perkataannya: Tahu kan bedanya buang dengan simpan.
Heh, Anak SD pasti tahulah. Apalagi manusia kuliahan. Makanya ia cocor dengan kalimat yang mengesankan aku ini tidak tanggap dengan permintaannya.

Membela kucing atau menyayangi istri. Bukan sesuatu yang dilematis. Tapi harus ada jalan tengah tanpa meninggalkan luka. Setidaknya sedikit saja. Itu pun jika terpaksa.

Beberapa hari aku berpikir. Solusi sudah aku dapat. Sampai akhirnya suara telepon terhubung ke HP-ku.
“Salamat siang. Apakah ini Pak Tugino?”  Seseorang yang belum aku kenal menghubungiku
“Benar sekali. Ada yang bisa dibantu?”
“Begini. Sebagaimana iklan Bapak di Anu Post, saya berniat memelihara kucing itu. Begitu  Pak”
“Wah, senang sekali.  Terimakasih, terimakasih. Secepatnya ya, datangi rumah kami. Kucing sudah dikandang. Aman”
“Oke. Nanti malam bareng istri, kami  akan ke alamat Bapak, terimakasih”

Dia hendak memutuskan pembicaraan.
“Sebentar. Sebentar Pak. Dengan bapak siapa ini ya?

Aku cepat-cepat bertanya, sebelum sambungan teleponnya benar-benar terputus.
“ Oh, maaf lupa. Panggil saja: Jati”

“Jati?” Aku mengucapkan nama itu sambil mengira-ira roman wajahnya. Semoga wajah penyayang bintang.

 

 

____Bumi Cahyana, 16 Oktober 2015

 

 

Ilustrasi: zeeroroslan.blogspot.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun