“Pak Dhe ditangkap!”
“Kena kasus apa?”
Andai saja mereka langsung tahu dengan kejahatanku dua tahun yang lalu, mereka pasti kaget dan menangis histeris. Tidak menyangka, anak-anaknya selama ini dekat dengan pelaku kejahatan. Dan, sewaktu-waktu bisa menjadi korban juga. Ternyata, Tuhan masih menyelamatkan mereka.
Dua tahun yang lalu, saya melakukan tindakan tak bermoral. Bejad. Lima anak menjadi korban kelainan seksual. Saya senang “bermain-main” dengan anak-anak. Tapi saya merasa sudah tidak nyaman berada di daerah yang dulu. Saya mengundurkan diri dari pekerjaan. Pindah, sebelum kejahatan saya terbongkar. Saya mencoba menghilangkan jejak.
Saya menatap wajah-wajah yang penuh kecewa dengan yang terjadi siang itu. Saya terlanjur dekat dengan mereka. Anak hingga orang tua. Tapi sekarang kenyataan berkata lain. Saya adalah penjahat. Saya yakin, ketua RT sudah tahu dari polisi. Sedangkan anak-anak pasti tidak tahu. Maka banyak dari mereka yang menangis.
Mobil bergerak meninggalkan kontrakan. Entah bagaimana dengan barang-barang milik saya. Sorot mata mereka benar-benar terarah pada mobil yang saya tumpangi. Saya terdiam dalam apitan dua orang petugas berpakaian preman.
Saya hanya mengucapkan salam perpisahan dari dalam mobil. Sebuah ungkapan perpisahan pada diri sendiri: “Selama tinggal Pak Dhe.”
______Oenthoek Cacing-Bumi cahyana, 25 Septeber 2015.