Lala (Nama Samaran) caleg golkar Istri Kades di Salah satu desa Cikanjung.
Beliau gencar sekali bersosialisasi di setiap desa, bantuan dikucurkan, ada satu RW di Rancaekek wetan diberi alat bantuan senam .
Beliau dimana ada senam ibu ibu selalu ada, energik cantik dan selalu memberikan amlop Rp 50.000
Bahkan sering sekali beliau jalan dipasar Dangdeur pun bagi bagi uang.
Sayangnya Pada saat kalah , bantuan alat Senam diambil dan uring uringan
Ada satu caleg dari PKB dari Rancaekek kab Sekarang ngelantur , kepasaran pakai sarung dan belum siap menerima kekalahan .
Banyak cerita caleg  yang terjadi  yang belum move on.
Saya lihat kawan kawan yang mantan aktivis kampus, lingkungan atau teman teman aktivis masjid dan seterusnya, mereka lebih dewasa menyikapi kegagalan.
Kondisi ini wajar karena mereka sering berbuat tanpa memikirkan hasil dalam masa singkat.
Aktivis buruh misalnya bertahun tahun merek demo cabut outsourcing sampai hari ini juga gagal, bahkan presiden berganti juga tak sanggup memperbaiki nasib pekerja.
Aktivis Demokrasi juga sama, bukan kekuasaan menjadi keharusan, tapi mereka bergerak karena ingin perubahan .
Aktivis keagamaan, hidup mereka bersandar karena Ibadah, jadi tidak jadi pun merek sudah merasa Ibadah.
Para aktivis ini tersebar di banyak partai, hari ini Budiman Sujatmiko gagal, 10 Tahun lalu Fauzi AMRO 2 kali gagal dan saat ini dia berhasil untuk kedua kali.
Kondisi ini berbeda dengan teman teman yang hanya mengandalkan uang dan popularitas atau anak tokoh yang secara mental belum teruji dan terbukti.
Kita sadar , Demokrasi jalan terbaik yang ada walau sebagian besar masyarakat belum siap menerima Ide, tapi baru siap menerima Amplop.
Tidak heran banyak tokoh dan aktivis hebat gagal  karena yang mereka punya hanya ide dan nilai nilai, bukan segenggam amplop untuk dibagikan.
 Perjuangan masih panjang, masih banyak jalan menuju Roma.
Hari ini kita sudah memilih, baik dan buruknya pilihan harus diterima.
Kedepan Partai harus membantu tokoh tokoh hebat dan ideal agar mereka bisa tampil menjadi bagian dari yang memikirkan bangsa Ini.
Tentu kita Rindu Orang orang seperti Nasir ,Tan Malaka, Sutan Sahrir dan seterusnya.
Dilingkungan disekitar kita ada banyak orang orang yang melepaskan kepentingan dunianya, ada pengurus anak yatim, pengurus yayasan yang tak pernah demo mereka dibayar berapa, seadanya, semampunya bahkan siang malam mengurus para anak yang kekurangan kasih sayang  karena banyak hal.
Para aktivis ini pada saat mereka mencalonkan diri sebagai caleg atau apapun ketika tak jadi , tak kan stress atau depresi walau ada sedikit rasa kecewa itu manusiawi.
Ada seorang caleg berlatar aktivis  rezekinya lumayan, banyak permintaan dari warga dari paralon , pasang listrik lapangan pilu dan seterusnya.  Beliau gagal kali ini, tetap ada senyum walau kecut.
Anggap saja itu ibadah ujar beliau, jadi kedepan peran partai untuk mencari caleg yang berkualitas baik secara moral, mental spiritual dan dedikasi untuk rakyat itu menjadi keharusan.
Kasus kasus yang menyeruak sekarang, karena partai hanya instan mencari caleg, menjelang pemilu bukan melalui kaderisasi tapi tak lebih dari kepentingan sesaat.Â
Mereka ada bukan karena apa yang mereka punya, tapi karena integritas , dedikasi untuk Indonesia.
SALAM PERUBAHAN
CATATAN CALEGÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H