Mohon tunggu...
Sobran Holid
Sobran Holid Mohon Tunggu... wiraswasta -

Pelaku usaha yang mengharapkan Indonesia lebih ramah terhadap rakyat kecil. toko onlinehttps://www.bukalapak.com/u/holids https://www.bukalapak.com/u/holids jangan lupa mampir bagi kompasianer dan pembaca yang membutuhkan sparepart motor .

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Bisnis Racun Kalajengking Cuma Bikin "Gatal-gatal" Doang (?)

9 Mei 2018   05:11 Diperbarui: 14 Mei 2018   00:06 2717
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Tribun jabar

Tahun 1999 entah bagaimana mulanya tiba-tiba cacing jadi Primadona, ribuan orang demam ternak cacing. Seminar ada di mana-mana bahwa cacing dibutuhkan oleh kosmetik dan pasar luar negeri sangat membutuhkan.  Semua media dari TV ,Koran jadi ramai, banyak dosen jadi narasumber tentang khasiat cacing dan bisnis cacing.

Beberapa teman mahasiswa IPB juga banyak yang ternak cacing. Saya main beberapa kali dan tetap tidak bisa ikut karena tidak masuk akal saya.

Pada saat saya pulang ke lampung di Desa Purajaya Kec Sumberjaya, demam bisnis cacing juga muncul, banyak peternak baru cacing. Kemudian saya tanya tahu dari mana bisnis cacing ini

Mayoritas banyak tahu dari media. Kedua, mereka mengetahui bisnis cacing ini dari Bupati Lampung Barat, Alm. Kol I Wayan Dirpha yang disampaikannya saat sambutan acara hajatan di Desa kami.

Berita yang berulang-ulang ditambah akademisi sampai pejabat menjadi informannya, bisnis ternak cacing tambah menjadi. Dari hasil diskusi ternyata salah satu pusat bisnis cacing berasal dari sebuah koperasi di Bogor. Polanya adalah bibit harus dari koperasi tersebut dan hasil panen kembali dijual ke koperasi tersebut.

Setelah booming tahun 1998 sampai 2001, koperasi sudah tidak mampu lagi beli hasil ternak cacing baik dari peternak sekitar Bogor maupun dari Sumatra. Dari sini barulah terungkap bahwa bisnis cacing itu adalah semu: Ketika sudah tidak ada peternak baru atau jumlah peternak baru sudah tidak sanggup menampung hasil peternak laiinya, maka bisnis ini hancur dengan sendirinya. Hampir sama dengan  bisnis money game, ketika anggota baru sudah tidak ada maka imbal hasil yang dijanjikan tidak sanggup terbayarkan.

Saya ingat betul teman-teman yang bisnis cacing bukan untung malah buntung, tetangga rumah di Lampung juga bertekuk mukanya ketika cacing tak ada yang beli dan jejak pengurus koperasi juga mulai hilang kontak.

Lain lagi di tahun 2008  yang demam tanaman hias bunga gelombang cinta dengan harganya mencapai puncaknya, bisa puluhan juta, namun redup. Bahkan anthurium suver nova yang pernah terjual Rp 1 miliar pada 2007, sekarang  harganya tak bernilai.

Ribuan orang menjadi korban, tetapi entah kenapa kejadian ini berulang ada batu akik yang digoreng media kemudian jatuh harganya dan yang ikut belakangkan menjadi korban .

Begitu juga dengan racun kalajengking yang dipidatoi Pak Jokowi di acara yang resmi dengan membuat pernyataan tentang komoditas paling mahal di dunia adalah racun kalajengking, mencapai Rp 145 miliar per liter.

Waduh, bagi saya ini unik, karena informasi ini perlu dikaji ulang, diteliti dan dipelajari, jangan sampai seperti ternak cacing, tak jelas ujungnya dan rakyat yang menjadi korban.

Bayangkan kalau jutaan orang ternak kalajengking dan mengumpulkan racunnya, yakin tuh ada yang beli? Jangan sampai heboh dan jutaan orang ternak, eh malah nggak laku.

Bukankah secara medis belum bisa dipertanggungjawabkan khasiat racun kalajengking, baru sekadar beberapa riset dan jauh dari standar kelayakan untuk digunakan sebagai obat super mancur sesuai dengan harganya.

Semoga kita tidak disengat dari bisnis kalajengking sehingga tidak muncul korban euforia sesaat seperti bisnis cacing , gelombang cinta, batu akik. Atau juga bisnis musiman lainnya.

Saya berharap Pak Jokowi sebagai Presiden harus sadar betul atas ucapannya dan akibatnya. Coba bayangkan kalau Kementrian Pertanian membuat pelatihan bisnis kalajengking dengan APBN, diteruskan sampai ke daerah, rakyat menyambut dan ternyata bisnis racun kalajengking hanya semu, bukankah itu sangat merugikan kedua pihak?

Cukuplah sengatan racun kalajengking yang mematikan ini hanya pada bisnis semu, cuma bikin gatel-gatel semata, seperti cacing di masa lalu serta gelombang cinta juga batu akik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun