Kritikan Amin Rais itu menjadi keharusan, ribuan tulisan ratusan aksi, ratusan berita soal konflik tanah antara swasta asing dan nasional di seluruh negeri , tidak kunjung menjadi Headline, tapi satu ucapan Amin Rais membuat Heboh.
Bukannya intropeksi, eh malah Luhut menebar ancaman, Sofyan Jalil  malah asal ucap karena membantah membabi buta , pemerintah tak usah  gagap, santai aja, terus lakukan pemberian sertipikat, tetapi ada baiknya Presiden hadir dan membantu menyelesaikan konflik tanah yang kian tak ada ujung, ksoal bagi-bagi sertipikat cukuplah Gubernur dan Walikota, kan mereka juga mau diliput media tak usahlah presiden kemana-mana bagi sertipikat.
Buat Pak Amin lanjutkan, karena masih banyak PR buat bangsa ini yang belum selesai, pasti banyak badai tetapi satu suara orang tua ternyata lebih bermakna dibanding seribu fakta konflik tanah penguasaan tanah oleh korporasi asing dan nasional yang sudah over , berdasar data luas kebun  sawit  sebagai gambaran  tahun 2017 perkebunan swasta luasnya 6.798.820  dikuasai oleh 1600 perusahaan sementara luas lahan sawit petani  seluas 4.756.272 dengan jumlah petani 2.213.272 Hektare kalau dirata satu petani hanya 2.1 hektare.http://ditjenbun.pertanian.go.id/tinymcpuk/gambar/file/statistik/2017/Kelapa-Sawit-2015-2017.pdf
ketimpangan inilah yang harus dicermati, kenapa pemerintah harus terus memberi izin perluasan  kebun sawit buat swasta , sementara ada ribuan pe
tani yang tak punya akses tanah. Rasanya yang perlu dipahami oleh Luhut oleh SOpyan Jalil , satu ketimpangan akses sumber daya, yang kedua apa-apa yang dilakukan oleh Pak Jokowi sangat baik, tetapi belum menyelesaikan konflik yang sudah ada sejak zaman Orba.Â
Salam Satu Nusa, Jangan marah karena kita semua cinta Indonesia yang berkeadilan, jangan sampai terlalu lama mayoritas anak bangsa hanya menguasai 20 persen dari total sumberdaya yang ada, sementara 10 persen orang super kaya menguasai 90 persen kekayaan negeri  ini. Ini fakta apa HOax?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H